Tidak berlebihan jika faktor efisiensi pakan menjadi faktor kunci keberhasilan bisnis budidaya ikan. Pasalnya, dari total biaya operasional yang dikeluarkan pembudidaya, sekitar 60% - 70% dihabiskan untuk pembelian pakan.
Menurut Rita Rostika, Lektor Kepala Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Bandung, diantara berbagai jenis pakan, pakan buatan dianggap lebih efisien daripada pakan alami. Hal ini tergantung dari stadia apa ikan/udang yang akan diberi pakan. Meskipun begitu, untuk stadia benih, sudah tentu lebih efisien bila ikan diberikan pakan alami jenis plankton karena selain ukurannya yang sesuai bukaan mulut, pakan alami tertentu juga bergerak atraktif dan mudah dicerna benih ikan. Pakan alami plankton juga memiliki enzirn¬ enzim tertentu yang dapat membantu pencernaan benih.
Rita menambahkan, untuk stadia juvenile sampai dewasa pemberian pakan buatan dipandang lebih efisien. Artinya, efisiensi pakan ini ditinjau dari seberapa besar pakan tersebut dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Hal ini karena nutrisi yang terkandung dalam pakan dibuat sesuai dengan kebutuhan setiap tahapan pertumbuhan ikan. Di samping itu, pakan buatan mudah disimpan dan disiapkan.
Foto : Pakan Ikan Buatan Sumber : ragamcarabeternak.blogspot.co.id | Foto : Pakan Ikan Alami, Sumber : slideshare.net |
Pakan boros, biaya budidaya membengkak
Kenaikan bahan baku pakan, secara langsung berdampak pada harga jual pakan di tingkat konsumen. Terlebih lagi pada beberapa bahan baku yang berasal dari impor, perubahan nilai tukar mata uang asing, terutama USD sangat mempengaruhi harga pakan. Akhir-akhir ini, harga pakan ikan laut, seperti untuk jenis kakap, kerapu, dan lain-lain terbilang sangat mahal. Alternatifnya, para pembudidaya ikan laut memberikan ikan rucah yang harganya lebih terjangkau dibanding pakan buatan pabrik. Meskipun lebih murah, ikan rucah tidak kalah kualitasnya karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Namun, penggunaan ikan rucah menimbulkan kekhawatiran karena ada kemungkinan bisa menjadi vektor parasit dan penyakit terhadap ikan budidaya.
Retensi Nutrient dalam tubuh ikan
Berdasarkan persentase nutrient pakan, misalnya Nitrogen, Fosfor, atau Karbon, yang disimpan dalam tubuh ikan, kita dapat menentukan efisiensi pakan. Hewan darat, misalnya secara umum efisiensi Nitrogen adalah sebesar 10%. Lebih jauh Rita memaparkan, dibanding dengan hewan darat tersebut, ikan memiliki efisiensi yang lebih tinggi dalam penyerapan unsur Nitrogen Menurut Avnimelech & Ritvo (2003), jumlah N yang diretensi oleh ikan dari pakan yang diberikan sekitar 20% hingga 30% atau rata-rata 25%. "Sementara itu, sisanya atau sekitar 70% - 80% baik berupa N-organik maupun N-anorganik dibuang ke perairan," tambahnya. Limbah organik dari pakan yang masuk perairan tersebut berupa sisa pakan dan partikel terlarut dalam air yang dapat mencapai 15% serta feses ikan sekitar 20% (Montoya & Velasco, 2000).
Inefisiensi pakan menurunkan kualitas Iingkungan
Pakan ikan yang dimakan oleh ikan sebagian besar dirombak oleh tubuh ikan menjadi daging (pertumbuhan) dan tenaga untuk energi gerak. Sisanyaakan dikeluarkan dari tubuhnya dalam bentuk padat (feses) dan kotoran cair dalam bentuk urin yang mengandung ammonia. Feses dikeluarkan lewat anus sedangkan ammonia dikeluarkan melalui insang ikan. Kotoran padat dan sisa pakan akan diurai (dekomposisi) menjadi polipeptida, asam amino dan ammonia yang dapat terakumulasi pada air kolam.
Di dalam air kolam, ammonia dapat berbentuk NH4+(ammonium, atau ammonia yang dalam bentuk ion) yang kurang beracun, atau berbentuk NH3(ammonia tidak terionisasi) yang sangat beracun bagi kehidupan ikan. menurut Rita, kedua bentuk ammonia tersebut di dalam air berada dalam kesetimbangan dengan reaksi sebagai berikut:
NH4+ + OH• < ---- > NH3+ H2O
Keseimbangan tersebut dapat bergeser ke kiri atau ke kanan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah tingkat keasaman air. Berdasarkan pemaparan Rita, makin tinggi pH air kolam dan makin tinggi suhu, maka ammonium (NH4+) akan bereaksi dengan ion OH•(dari air) menjadi ammonia (NH3) yang bersifat racun bagi ikan.
Cara meningkatkan efisiensi pakan
Tidak dapat dipungkiri, boros dalam pemberian pakan menyebabkan pembengkakan dalam ongkos atau biaya produksi budidaya. Sehingga, efisiensi pemberian pakan dapat menghemat dan menurunkan biaya yang dikeluarkan. Bagaimana cara agar efisiensi pakan meningkat? Berdasarkan pemaparan Rita, efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, di antaranya adalah:
-Penggunaan bahan baku yang segar. Sebaiknya hindari peng¬ gunaan bahan baku pakan yang sudah lama dan sudah kadaluarsa.
-Penghalusan ukuran bahan baku sampai benar-benar halus. Cara ini dapat dilakukan dengan melakukan penggilingan/penghalusan pada bahan baku pakan ikan.
-Imbangan/rasio antara pasokan unsur C dan N dalam pakan. Pasokan C atau karbon biasanya berasal dari bahan baku yang mengandung karbohidrat atau serat. Sementara itu, unsur Nitrogen (N) dapat dipasok dari senyawa yang mengandung protein.
-Imbangan/rasio antara omega 3 dan 6
-Strategi pemberian pakan yang tepat waktu dan jumlahnya.
-Tambahkan senyawa additive (tambahan pakan), misalnya enzyme, vitamin, dan lain-lain. Efisiensi pakan alami untuk benih dan dewasa dapat ditingkatkan dengan penggunaan pakan alami yang segar dan masih baru. Pemberian pakan pun harus mengikuti pola waktu ketika ikan tengah lapar.Tak kalah penting, pemberian senyawa additive seperti enzim, vitamin, dan lain-lain dapat membantu meningkatkan efisiensi pakan.
Foto : Pemberian Pakan Ikan Di Keramba Jaring Apung HDPE Sumber : ekonomi.metrotvnews.com |
Atur pola pemberian pakan
Kata Rita,"Secara alami ikan memiliki 'lama pengosongan perut'yang berbeda-beda. Dengan diobservasi menggunakan metoda yang sederhana, dapat segera diketahui berapa kali ikan 'ingin' makan dalam sehari. Dari informasi ini kita dapat menyesuaikan berapa kali frekuensi makan dalam sehari yang akan dicerna secara efisien dalam saluran cernanya,"
lebih jauh lagi, pemberian pakan seharusnya didasarkan pada biomassa ikan dalam kolam atau tambak. Artinya, penambahan jumlah pakan yang diberikan didasarkan pada perkembangan bobot / biomassa ikan. Di samping itu, pemberian pakan juga perlu memperhatikan karakteristik jenis ikan atau udang yang dibudidayakan. Sebagai contoh, udang merupakan hewan air yang tidak termasuk pemakan sepanjang waktu. Akan tetapi, mereka makan hanya beberapa kali saja dalam sehari. Oleh karena itu, waktu pemberian pakan menjadi sangat penting untuk meningkatkan efisiensi pemberian pakan. Hal ini karena untuk mengurangi banyaknya jumlah pakan yang terbuang akibat tidak termakan.
Menghitung efisiensi pemberian pakan
Ada beberapa perhitungan efisiensi pakan, diantaranya efisiensi pakan secara keseluruhan atau efisiensi untuk setiap jenis nutrisinya secara spesifik. Metode ini antara lain menghitung efisiensi protein pakan, efisiensi lipid pakan, dan seterusnya. Singkatnya, metode ini menghitung seberapa banyak 1 kg bobot daging ikan atau 1 kg protein daging ikan, atau 1 kg lipid daging ikan terbentuk dari pakan ikan, protein pakan, atau lipid pakan yang dikonsumsi ikan.
Adapun untuk keseluruhan, metode penghitungan efisiensi pakan yang diumpankan ke ikan dapat dihitung berdasarkan rumus Zonneveld et al.1991, sebagai berikut:
Keterangan:
EP : Efisiensi pakan (%)
Wt : Bobot ikan uji pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo : Bobot ikan uji pada awal pemeliharaan (gram)
D : Bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)
F : Jumlah total pakan yang diberikan (gram)