loader
ID EN

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN BUBARA DI BPBL AMBON

Dengan mengetahui teknologi pembenihan ikan bubara maka akan semakin besar tingkat keberhasilannya.

Photo : Ikan Bubara (Caranx sp),           Sumber : qualitymarine.com

Tenaga Teknis Litkayasa BPBL Ambon, Sunarto, ikan bubara (Caranx sp) di kenal juga sebagai ikan kuwe merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang mempunyai nilai ekonomis.  Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya animo masyarakat untuk mengkonsumsi ikan ini.  Ikan bubara di masyarakat memiliki tempat tersendiri bagi para penggemar makan ikan karena memiliki daging putih yang cenderung kesat dan kenyal serta rasanya sangat enak.

Ikan bubara sangat digemari terutama masyarakat Maluku, pertumbuhannya sangat cepat (5-6 bulan siap panen di KJA).  Selama ini kebutuhan benih masih dipasok dari alam, untuk tahun ini kebutuhan benih di Teluk Ambon sebagian besar sudah mulai dapat terpenuhi dari hasil kegiatan pembenihan di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon.


Foto : Ikan Bakar Bubara,                                                       Sumber : indonesiakaya.com

Kebutuhan rumah makan di Ambon 6 ton/bulan.  Kegiatan budidaya di KJA baru dapat memenuhi sekitar 33% dari total kebutuhan dan sisanya masih mengandalkan hasil tangkapan alam, sehingga masih dibutuhkan lebih banyak KJA. Pemasaran ikan bubara ukuran konsumsi masih tinggi, hal ini dikarenakan tingkat konsumsi ikan di Ambon sangat tinggi, harga ikan bubara ukuran konsumsi sekitar Rp. 75.000/kg (2-3 ekor/kg).

Salah satu pembudidaya ikan bubara di desa Waiheru Kecamatan Baguala Teluk Ambon Dalam (TAD), La Musu (43 tahun), mulai budidaya ikan bubara pada tahun 2011, total produksi setiap panen mencapai 1,6 ton dengan ukuran 3 ekor per satu kilo gram.Ikan dijual dalam keadaan hidup atau mati, permintaan pasar lebih besar dari produksi budidayanya.

Pembenihan Bubara

Photo : Benih Ikan Bubara,                             Sumber : http://bpblambon-kkp.org

Koordinator Divisi Pembenihan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon Heru Salamet mengatakan BPBL Ambon sudah menguasai teknologi pembenihan dan pembesarannya, untuk pembenihan ikan bubara (Caranx Ignobilis) atau giant travely pertama kali dilakukan di Indonesia.  Teknologi yang telah mampu diadopsi oleh masyarakat pembudidaya baru sebatas teknologi pembesaran di Keramba Jaring Apung (KJA)

Heru mengatakan, penerapan teknologi pembenihan ikan bubara memiliki keunggulan dan kelemahan, salah satu keunggulannya yaitu bisa memijah sepanjang tahun, sedangkan kelemahannya dalam memijahkan induk masih menggunakan perangsangan hormon.  “Sehingga teknologi tahap selanjutnya yang akan di kembangkan adalah pemijahan induk ikan bubara secara alami, “ ungkap Heru.

  Teknologi pembenihan ikan bubara baru stabil satu tahun ini, tambah Heru, beberapa penyebabnya, pertama adalah keterbatasan induk, induk berasal dari benih tangkapan alam ukuran 7 cm membutuhkan waktu pemeliharaan kurang lebih 4 tahun untuk menjadi indukan.  Kedua, penanganan induk untuk mencapai kematangan gonad.  Ketiga, teknik penanganan pada saat pengecekan kematangan gonad (kanulasi) sering terjadi kematian karena ikan ini sensitif terhadap gesekan yang dapat menyebabkan luka sehingga ikan menjadi stress.  Keempat, perlu memahami teknik transportasi induk dari keramba jaring apung ke bak pemijahan.  Kelima, mengetahui hubungan jenis kelamin dan berat tubuh.  Keenam, dosis hormon dan waktu penyuntikan, dan terakhir adalah teknik pemeliharaan larva.

  Pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan, kematangan gonad dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan.  Pakan induk ikan bubara biasanya ikan segar, penambahan vitamin dan mineral dilakukan setiap 2 hari.

  Hal tersebut dilakukan agar induk cepat matang gonad setelah itu dilakukan seleksi kematangan gonad.  Tahap selanjutnya penyuntikan hormon, maka induk akan terangsang dan memijah.  Telur yang dibuahi kemudiaan dipelihara menjadi larva, larva dipelihara menjadi benih sampai ukuran 5 cm.  Benih diatas 5 cm siap dipelihara di keramba jaring apung untuk pembesaran di keramba pakan yang digunakan untuk pembesaran saat ini masih menggunakan pakan rucah.

Photo : Sketsa Perkembangan Larva Ikan Bubara,          Sumber : www.scribd.com

Tenaga Teknis Litkayasa BPBL Ambon, Ramlan mengatakan prospek pembenihan ikan bubara sangat besar karena ikan bubara merupakan ikan ekonomis tinggi.  Harga per ekor ikan bubara Rp. 2.000- 3.000/ ekor dengan ukuran 5 cm.  Pemasaran ikan bubara untuk sementara ini masih di dominasi pasar lokal yakni daerah Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.

  Kelangsungan hidup ikan bubara pada penebaran telur sampai ukuran 5 cm adalah 5-6%.  Untuk menjaga kelangsungan hidupnya ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam pemeliharaan larva diantaranya; Pertama, persiapan bak meliputi sterilisasi bak kultur dan air laut.  Kedua, penebaran telur bubara, telur yang dipilih adalah telur yang berkualitas.  Ketiga, pemberian pakan, pakan yang di gunakan adalah pakan alami (chlorella, rotifer, artemia) dan pakan buatan berupa pellet.

  Media air juga berpengaruh pada kelangsungan hidup larva sehingga kualitas air perlu kita jaga.  Pengelolaan kualits air dilakukan dengan cara penyifonan dan perggantian air laut secara rutin dan pengukuran kualitas air.

  Selanjutnya dilakukan grading tujuannya untuk penyeragaman ukuran.  Tahap berikutnya pengamatan dan penanganan kesehatan larva.  Penaganan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengobatan lebih dini.

  Kendala yang dihadapi dalam pemeliharaan larva adalah banyaknya kematian karena ikan bubara memiliki sifat kanibalisme yang bisa mengkibatkan larva luka dan menimbulkan penyakit.  Solusinya bisa dengan melakukan grading secara periodik.

  Kata Ramlan, adapun tips dan trik untuk pemeliharaan larva diantaranya mempertahankan kualitas air yang baik, dan juga melakukan penanganan larva dan benih secara hati-hati.  Selain itu pemberian pakan harus berkualitas, baik mutu, ukuran, maupun jumlahnya, dan yang terakhir adalah mencegah penyebaran penyakit dengan menerapkan biosecurity