loader
ID EN

8 KIAT TINGKATKAN SR DAN PERSINGKAT WAKTU BUDIDAYA KAKAP PUTIH

8 KIAT TINGKATKAN SR DAN PERSINGKAT WAKTU BUDIDAYA KAKAP PUTIH

Sebagai komoditas marikultur yang sedang naik daun, kakap putih (Lates calcalifer Bloch) digalakkan budidayanya di berbagai tempat.  Bukan tanpa sebab, budidaya di laut dengan KJA pun terimbas kualitas air laut (carrying capacity) yang mulai turun.  Bagaimana menyikapinya?

Foto : Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer Bloch)

Sumber : http://ffish.asia

  Kondisi sebagian besar perairan laut saat ini sudah mengalami degradasi lingkungan.  Salah satu penyebabnya adalah keberadaan kegiatan rumah tangga dan industri yang limbahnya mengarah ke perairan laut. Demikian ungkap Sahidan Muhlis, S.Pi. MP, Koordinator Keramba Jaring Apung Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam Jembatan III Pulau Setoko-Batam, Provinsi kepulauan Riau.

  “Sementara permintaan ikan kakap putih ukuran konsumsi, 500-700 gr, di Kepulauan Riau khususnya, di Pulau Batam saat ini mengalami kenaikan yang pesat.  Kondisi tersebut memberikan peluang yang besar kepada pembudidaya untuk memenuhi kebutuhan pasar ikan kakap putih melalui usaha pembesaran ikan kakap putih di keramba jaring apung, “ ujarnya.

Foto : Sahidan Muhlis, S.Pi. MP, Koordinator Keramba Jaring Apung Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam Jembatan III Pulau Setoko-Batam, Provinsi kepulauan Riau.

Sumber : http://bblbatam.djpb.kkp.go.id


Menimbang fakta tersebut, BPBL Batam melakukan kegiatan uji perbaikan teknologi pembesaran ikan kakap putih di KJA.  Hasilnya?

  “Jika dibandingkan, pada pemeliharaan di KJA sebelumnya, angka kelulusan hidup jarang mencapai angka 50% dan waktu panen yang dibutuhkan biasanya berkisar 7-8 bulan.  Dengan perbaikan teknologi ini, tingkat kelulusan hidup mencapai 80% dan waktu pemeliharaan bisa dipersingkat menjadi 6 bulan.  Terdapat efisiensi dalam produksi pembesaran ikan kakap putih di KJA.  Dengan begitu, peningkatan produksi tersebut juga akan berdampak terhadap penghasilan pembudidaya,” ungkap Sahidan.

  Ada 8 perlakuan yang diberikan sepanjang kegiatan uji perbaikan teknologi pembesaran ini, yaitu : kualitas air, ukuran benih saat tebar, vaksinasi sebelum penebaran, padat tebar, penambahan suplemen dalam pakan, pencegahan penyakit, menggunakan KJA HDPE, dan menggunakan net tanpa simpul (knotless).

Perhatikan kualitas air saat tebar

Ikan kakap putih paling cocok beradaptasi di laut dengan tingkat oksigen terlarut yang tinggi, tingkat pencemaran yang rendah, PH di atas 7, dan salinitas di kisaran 15-28 psu. Salinitas 15-28 merupakan tingkat salinitas yang cenderung rendah, sehingga ikan kakap putih cocok dibudidayakan di perairan yang agak payau. Dengan tingkat salinitas tersebut, ikan kakap putih akan tumbuh dengan lebih baik.

Foto : Proses tebar benih di KJA HDPE

Sumber : humasbblbatam.wordpress.com

Perhatikan ukuran benih saat tebar

  Sebelum penebaran benih, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.  Idealnya, benih berasal dari panti benih (hatchery).  Ukuran benih tebar sebaiknya lebih dari 10 cm atau berbobot 15-20 gr.  Beberapa keunggulan benih dari panti benih yaitu berukuran seragam dan kualitas serta kuantitasnya terjaga.  Sementara benih hasil tangkapan alam mempunyai banyak kelemahan, di antaranya : ukuran sering tidak seragam, jumlah dan waktunya tidak dapat ditentukan, dan sering terdapat luka akibat penangkapan atau transportasi.

Foto : Benih ikan kakap putih

Sumber : http://nasional.republika.co.id

Aplikasikan vaksin sebelum penebaran

  Biasanya, bakteri yang sering menyerang ikan kakap putih adalah bakteri streptococcus dan bakteri vibrio.  Oleh sebab itu, vaksinasi mutlak dilakukan terhadap benih ikan kakap putih untuk mencegah serangan bakteri patogen tersebut.  Aplikasi vaksin dapat diberikan dengan cara penyuntikan terhadap benih ikan kakap putih yang sudah berukuran lebih dari 10 cm.

Atur padat tebar

  Setelah persiapan wadah dan benih, tahap selanjutnya adalah penebaran benih.  Hal yang penting dalam penebaran benih adalah aklimatisasi.  Aklimatisasi merupakan proses pengadaptasian atau penyesuaian ikan terhadap lingkungan barunya.  Aklimatisasi perlu dilakukan karena adanya perbedaan, terutama perbedaan terhadap suhu dan salinitas antara daerah asal benih atau media transportasi dengan kondisi air tempat pemeliharaan.

  Jika sistem transportasi menggunakan kantong plastik, aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan plastik dengan air media pemeliharaan hampir sama.  Tahap selanjutnya, buka kantong plastik dan memasukan air media pemeliharaan ke dalam kantong sedikit demi sedikit.  Setelah kurang lebih 15 menit, biasanya ikan akan aktif dan kantong plastik dapat dimiringkan sehingga ikan dapat keluar dengan sendirinya.

  Padat tebar benih merupakan faktor penentu keberhasilan usaha pembesaran ikan.  Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulusan hidup.  Jika kepadatan terlalu tinggi, pertumbuhan ikan menjadi lambat akibat persaingan ruang, oksigen, dan pakan.  Seiring dengan bertambahnya ukuran dan berat ikan, padat tebar harus dikurangi secara bertahap.  Adapun padat tebar ikan kakap putih di KJA dapat dilihat pada Tabel Kepadatan Tebar Ikan Kakap Putih di KJA. 

  Tabel Kepadatan Tebar Ikan Kakap Putih di KJA

Fase Pemeliharaan

Ukuran Tebar

Padat Tebar (ekor/m3)

Gram

Centimeter

Pendederan

15-20

10-12

75-100

Penggelondongan

40-50

14-15

50-60

Pembesaran

75-100

150-200

Lebih dari 250

17-20

20-25

Lebih dari 250

40-50

25-30

10-20

Tambahkan vitamin C, multivitamin, dan probiotik dalam ransum pakan

  Frekuensi dan waktu pemberian pakan yang tepat perlu diperhatikan agar menghasilkan pertumbuhan dan angka kelulusan hidup yang baik serta penggunaan pakan yang efisien.  Pada tahap awal pemeliharaan, pemberian pakan dilakukan lebih sering, yaitu minimal 4 kali sehari atau sampai ikan kenyang.  Jika ikan sudah tumbuh lebih besar, pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari.

  Pemberian pakan jangan sampai meninggalkan sisa karena sisa pakan yang tersisa akan menjadi incaran ikan di luar budidaya, terutama ikan buntal yang berbahaya dan dapat merobek jaring. Selain itu, sisa pakan menyebabkan sumber penyakit.  Dosis pemberian pakan berkisar 5-10% dari biomassa untuk ikan berukuran kurang dari 100 g dan 3-5% untuk ikan berukuraan lebih besar dari 100 g.

  Penambahan vitamin C dan multivitamin pada ikan laut bisa menambah kekebalan tubuh ikan, mempercepat pertumbuhan, mencegah terjadinya pembengkokan badan, dan mempertinggi angka kelulushidupan.  Selain itu, pemberian vitamin C dan multivitamin juga dapat meningkatkan kesehatan ikan sehingga warna tubuh lebih cerah dan gerakan lebih agresif.

  Vitamin C tergolong vitamin larut dalam air dan mudah rusak sehingga pemberiannya pada ikan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan.  Caranya dengan mencampurkan Vitamin C atau dibuat dalam bentuk pelet basah (moist pellet). Dosis pemberian Vitamin C adalah 2 g/kg berat pakan dan diberikan 2 kali seminggu.

  Selain pemberian vitamin dan multivitamin, pemberian probiotik juga perlu ditambahkan untuk menjaga kesehatan pencernaan ikan kakap putih yang dipelihara.  Dosis probiotik yang dicampurkan melalui pakan adalah 2 g/kg pakan dan diberikan dua kali dalam seminggu.

Cegah serangan parasit dan deteksi dini serangan penyakit

  Untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit sejak dini, pengawasan atau monitoring dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : (1) secara reguler memonitor kondisi ikan menyangkut pakan dan lingkungannya; (2) mencatat dengan baik tingkah laku ikan secara periodik, baik kondisi fisik, terjadinya serangan penyakit, model kematian, dan perlakuan yang diberikan; serta (3) mengawasi kondisi lingkungan budidaya, misalkan segera membuang ikan yang telah mati agar tidak menular dan mengkarantina ikan sakit.

  Adapun cara mendeteksi terjadinya penyakit diperlukan pengetahuan tentang gejala penyakit yang umum terjadi, diantaranya: hilangnya nafsu makan; perubahan warna tubuh, ikan stres biasanya lebih gelap; berenang lambat; anatomi abnormal seperti mata menonjol, sirip bengkok, atau adanya luka; pertumbuhan lambat; ikan menyendiri atau memisahkan dari kelompoknya; ikan naik ke permukaan dan atau menempel di dinding atau dasar jaring; serta ikan berenang tidak normal atau menggesek-gesekan badannya pada jaring.

  Pengelolaan kesehatan ikan selain mengelola lingkungan hidupnya seperti pergantian jaring dan monitoring parameter kualitas air, juga perlu adanya tindakan pencegahan dengan cara merendam ikan dengan air tawar secara periodik.

Foto : Infografis Infeksi Parasit Pada Ikan Kakap Putih

Sumber : humasbblbatam.wordpress.com

Gunakan KJA HDPE Modern

  Sekalipun pencegahan dan penanggulangan penyakit telah dilakukan, patogen penyebab penyakit dapat datang ke area budidaya dari perairan bebas. Jika KJA yang digunakan adalah KJA tradisional berbahan kayu, maka patogen tersebut dapat masuk ke dalam rongga-rongga dari kayu, yang mengakibatkan keberadaan penyakit terus membayangi selama KJA kayu digunakan.

Dengan demikian, sekalipun patogen tersebut tidak mempengaruhi ikan kakap putih yang sedang dipelihara, patogen dapat menyerang benih yang ditebar untuk siklus selanjutnya, di mana kekebalan tubuh benih belum terbentuk. Hal ini sering terjadi pada pembudidaya yang memakai KJA kayu, di mana pembudidaya tradisional mengalami kerugian setelah panen perdana. Disarankan bagi para pembudidaya untuk memakai KJA HDPE modern dikarenakan bahan HDPE tidak memiliki rongga yang dapat dimasuki bakteri atau parasite. Saat ini BPBL Batam menggunakan KJA Aquatec sejak tahun 2011 sebanyak 120 petak ukuran 3m x 3m dan 48 petak ukuran 4m x 4m. KJA Aquatec dipilih BPBL Batam karena menggunakan bahan HDPE yang berkualitas, tahan ombak tinggi, serta perawatannya juga mudah. Terlebih karena berbahan HDPE, tidak ada rongga untuk masuknya patogen sehingga KJA Aquatec sangat ideal untuk berbudidaya.

Foto : Penggunaan Keramba Jaring Apung HDPE di Batam

Gunakan Net Tanpa Simpul (Knotless)

Foto : Tanpa Simpul (knotless) produksi PT. Gani Arta Dwitunggal

  Sering infeksi bakteri menyerang karena adanya luka pada tubuh ikan. Luka pada tubuh ikan biasa disebabkan karena ikan dipelihara dalam KJA menggunakan net bersimpul yang kasar. Untuk menanggulanginya, disarankan memakai net dengan klasifikasi tanpa simpul (knotless) yang halus. Net tanpa simpul (knotless) Aquatec memiliki permukaan yang halus sehingga ikan tidak terluka, mengurangi infeksi bakteri, dan meningkatkan survival rate (SR) kakap putih.