loader
ID EN

TEMU STAKEHOLDER AKUAKULTUR MAI 2017

TEMU STAKEHOLDER AKUAKULTUR MAI 2017

Hari Selasa tanggal 19 Desember 2017, menjadi hari yang penting bagi Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), karena pada hari tersebut merupakan pertemuan bagi Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)  untuk mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Evaluasi Pencapaian Akuakultur Indonesia 2017 dan Outlook 2018."   Fokus Group Discussion (FGD) kali ini diadakan di Kawasan Industri Batujajar Permai, Jl. Raya Batujajar Km 2.8 Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.  Lokasi pertemuan tepatnya di kantor PT. Gani Arta Dwitunggal (Aquatec) yang merupakan produsen sarana prasarana kelautan dan perikanan terbesar dalam negeri.

Pertemuan MAI diadakan mulai dari pukul 08.00 – 18.00 WIB, dengan susunan acara sebagai berikut :

08:00-08:30   Registrasi

08:30-09:15   Pembukaan & Ulasan: Evaluasi Pencapaian Akuakultur 2017 dan Harapan 2018 (Ketua Umum MAI, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri)

09:15-09:30   Evaluasi Riset Akuakultur 2017 & Harapan 2018 (Prof. Dr. Ketut Sugama) 

09:45-10:15   Diskusi (Moderator: Ir. Agung Sudaryono) 

10:15-10:30   Coffee Break 

10:30-11:30   Aquatec Tour & Foto Bersama (Direktur PT. Gani Arta Dwitunggal: Budiprawira Sunadim)

11:30-12:30   Lunch Break

12:30-13:30    Aquafeed Indonesia (GPMT: Ir. Denny Indradjaja, M.Si)

13:30-14:30   Produksi Budidaya Laut (Abilindo: Ir. Wajan Sudja) 

14:30-15:30   Produksi Catfish (CCI: Dr. Azam Bahrur) 

15:30-16:30   Bisnis Industri Pengolahan Perikanan (AP5I: Ir. Thomas Darmawan) 

16:30-18:00   Diskusi (Moderator: Ir. Agung Sudaryono)

Dalam Focus Group Discussion (FGD) MAI ini, hadir sebagai pembicara adalah :

1.  Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, yang menjabat sebagai Ketua Umum MAI dan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB.

2.  Prof. Dr. Ketut Sugama dari Pusat Riset Perikanan  BRSDM-KP.

3.  Ir. Denny Indradjaja, M.Si dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).

4.  Ir. Wajan Sudja dari Abilindo, MAI.

5.  Dr. Azam Bahrur dari CCI, MAI.

6.  Ir. Thomas Darmawan sebagai Ketua Komtap Industri Protein & Pengolahan Makanan KADIN Indonesia dan Wakil Sekretaris Utama – APINDO.

Dalam pertemuan MAI ini, selain pembicara hadir juga Narasumber, adalah :

1.  Dr. Ir. Iskandar, M. Si (Dekan FPIK UNPAD)

2.  Ir. Muh. Husein (HNSI, MAI)

3.  H. Nandang (Ketua HNSI Jabar)

4.  Dr. Ir. Irzal Effendy, Ms. Si (IPB)

5.  Drs. Legisan Samtafsir, MBA (Pengusaha Lele)

6.  Dr. Otie (STP)

7.  Mulyanto (Asosiasi Mutiara, ASBUMI)

FGD dihadiri oleh perwakilan stakeholder akuakultur nasional (akademisi, peneliti, praktisi, birokrat, industri, asosiasi dan LSM) dari berbagai institusi (Bappenas, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jabar, Karantina, UNPAD, UNDIP, IPB, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) divisi pakan akuakultur, PT. Central Proteina Prima, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Asosiasi CCI (Catfish Club Indonesia), Abilindo (Asosiasi Budidaya Laut Indonesia), APINDO, BRPSDMKP – KKP, dan MAI.

Para pembicara dalam forum ini mengulas beberapa hal-hal penting mengenai Evaluasi Pencapaian Produksi & Progress Teknologi  Akuakultur Indonesia 2017 & Outlook 2018.  Berikut ulasan yang disampaikan oleh para pembicara dalam forum tersebut :

ØProf. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS menyampaikan Evaluasi Kinerja Dan Perkiraan Prospek Untuk Pembangunan Akuakultur Yang Efisien, Berdaya Saing, Inklusif, Dan Berkelanjutan. Rokhmin Dahuri memaparkan fungsi dan peran sektor Kelautan dan Perikanan (KP) bagi pembangunan Akuakultur Indonesia.  Fungsi dan peran sektor KP antara lain dapat mengatasi masalah internal yang terdapat di sektor KP itu sendiri, memiliki kontribusi signifikan terhadap pemecahan masalah bangsa, dapat meningkatkan pendayagunaan potensi pembangunan KP seperti sumber daya alam (SDA) Indonesia, jasa-jasa lingkungan, dan sumber daya manusia (SDM) untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil dan makmur. 

Seiring bertambahnya usia kemerdekaan, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya Indonesia yang sudah menginjak usia 72 tahun, status  Indonesia masih sebagai negara berkembang berpendapatan menengah ke bawah, angka pengangguran dan kemiskinan yang  tinggi, hal ini menjadi permasalahan dalam pembangunan Indonesia maju.

Untuk mengentaskan kemiskinan, dan menjadikan Indonesia maju salah satunya yaitu dengan memaksimalkan potensi kelautan dan perikanan. Melalui sektor akuakultur diharapkan dengan pemanfaatan yang tepat selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan sebagai pemenuhan gizi untuk mencerdaskan anak bangsa.  Sektor Akuakultur menjadi peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan, mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan sehingga dapat tercapai cita-cita bangsa menjadi negara merdeka yang maju.

Ø Prof. Dr. Ketut Sugama, dalam forum ini mengajak peserta untuk merenungkan dan mengingat kembali kesalahan atau kekurangan yang terjadi sepanjang tahun 2017, diantaranya angka produksi perikanan yang tidak sesuai dengan fakta, pengadaan impor KJA dibanding menggunakan produk lokal yang memiliki kualitas lebih baik, juga pertumbuhan yang belum merata.

Target volume dan nilai produksi perikanan budidaya tahun 2015-2019 diharapkan mengalami peningkatan, maka untuk mewujudkan target tersebut perlu diperbaiki dan diperhatikan kelayakan lokasi marikultur, perbenihan, pembesaran pada sarana budidaya, pakan dan nutrisi bagi ikan budidaya, tindakan untuk menjaga kesehatan ikan dan lingkungan. Harapan kedepannya target tersebut dapat tercapai dengan perencanaan program yang baik, teknologi yang lebih baik,  lebih mudah, lebih merata sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pelaku budidaya ikan. Dengan demikian produksi perikanan budidaya akan meningkat di tahun 2018 dan masyarakat akuakultur akan lebih maju.

Ø Ir. Denny Indradjaja, M.Si, menyampaikan seiring dengan perkembangan produksi ikan tentu dibarengi dengan peningkatan kebutuhan akan pakan.  Indonesia harus mampu memproduksi makanan ikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pakan ikan di Indonesia agar ke depannya tidak perlu impor pakan ikan.

Ø Ir. Wajan Sudja, membahas ekspor ikan di Indonesia tahun 2017 turun karena beberapa kebijakan KKP. Beberapa di antaranya permen KP No. 32 tahun 2016 dan permen KP No. 56 tahun 2016. Harapan ke depan kebijakan KKP lebih berpihak kepada masyarakat akuakultur, sehingga dapat mendongkrak ekspor ikan.

Ø Dr. Azam Bahrur, menyampaikan pembahasan mengenai tantangan industri catfish Indonesia.  Sentra produksi pengasius tersebar hampir diseluruh daerah di Indonesia.  Produksi Patin setiap tahunnya mengalami perkembangan baik dalam bentuk bahan baku filet maupun non filet.  Dengan permintaan filet yang meningkat tidak dibarengi dengan hasil produksi lokal, sehingga pasar domestik sangat dipengaruhi oleh filet impor.  Industri filet belum efisien dan skala usaha menengah kecil, begitu halnya dengan ikan lele yang merupakan ikan kosmopolit nusantara yang merupakan produksi terbesar ke 2 ikan air tawar setelah nila masih dalam skala usaha kecil mengengah.  Hal ini merupakan tantangan tahun 2018, untuk meningkatkan industri catfish Indonesia sehingga dapat menguasai pasar domestik.

Ø Ir. Thomas Darmawan menyampaikan dalam pengolahan perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, ini bisa dibuktikan dengan jumlah pulau Indonesia yaitu 17.504 pulau, hal ini membuat komsumen Indonesia akan bertambah banyak dari tahun ke tahun. Salah satunya kebutuhan konsumsi ikan, ditargetkan akan meningkat seiring dengan pertambahan penduduk Indonesia. Prospek bisnis Industri pengolahan perikanan sangat menguntungkan jika dikelola dengan tepat dan mampu berdaya saing baik di pasar domestik maupun untuk ekspor.

Setiap pembahasa yang disampaikan oleh pembicara mendapat respon positif dari para peserta forum, di tengah acara ini diadakan tour keliling pabrik PT. Gani Arta Dwitunggal, para peserta forum dapat  melihat produk-produk Aquatec yang dipasang di atas kolam, melihat  pipa HDPE, melihat mesin injection berkapasitas 2000 ton, melihat ruang produksi mesin ecowood untuk produksi rumah apung, melihat workshop, dan melihat pembuatan net menggunakan mesin rajut. Tour keliling pabrik  sangat positif, sehingga acara berlangsung sampai jam 6 sore

Kesimpulan dari Forum MAI kali ini, yaitu :

1.  MAI perlu melakukan survey data akuakultur dengan melibatkan asosiasi dan kerjasama dengan Forum Dekan FPIK.

2.  MAI perlu melakukan pemetaan produktivitas komoditi unggulan.

3.  MAI perlu menyusun Roadmap supply chain komoditas unggulan akuakultur.

4.  Memperkuat kelembagaan MAI agar lebih berdayaguna.

5.  MAI agar lebih fokus pada gerakan pemberdayaan masyarakatnya (agar akuakultur lebih membudaya).

6.  MAI siap mendorong dan mengembangkan techno-preneurship akuakultur dengan menciptakan banyak pengusaha muda di Indonesia. 

7.  MAI mendorong pemerintah untuk mengalokasikan dana KUR untuk mendidik mental pembudidaya menjadi pebisnis.

8.  Solusi ke depan tahun 2018: Regulasi pemerintah dipermudah dan pengawasan diperketat.

Pertemuan MAI tahun 2017 yang diadakan di PT. GANI ARTA DWITUNGGAL – AQUATEC, Kawasan Industri Batujajar Permai, Jl. Raya Batujajar Km 2.8 Padalarang, Bandung Barat ini memberikan manfaat bagi para pengelola perikanan maupun pembudidaya ikan karena dapat saling berdiskusi dan setiap peserta mendapatkan informasi terutama dalam perikanan  lingkup Asia, sehingga dengan pertemuan ini Masyarakat Akuakultur Indonesia dapat lebih berhasil di tahun 2018.