Lobster adalah krustasea besar yang menghuni lautan dan sangat dihargai karena dagingnya yang manis dan lezat. Mereka merupakan bagian integral dari industri makanan laut, khususnya di Amerika Utara, Eropa, dan China, di mana hidangan lobster dianggap sebagai hidangan mewah/gourmet.
Lobster bukan hanya makanan laut yang lezat; mereka juga merupakan komoditas yang mahal di pasar makanan laut global. Lobster umumnya ditangkap di alam liar, namun penangkapan lobster yang berlebihan dan perubahan lingkungan telah memberikan tekanan pada populasi lobster liar, yang menyebabkan melambungnya harga lobster karena kurangnya pasokan. Dengan meningkatnya permintaan lobster di seluruh dunia, prospek bisnis budidaya lobster semakin meningkat.
Budidaya lobster yang dulunya dianggap sebagai upaya yang menantang karena siklus hidup lobster yang kompleks, kini muncul sebagai alternatif yang menjanjikan dibandingkan penangkapan lobster di alam liar. Kemajuan teknologi akuakultur kini membuka lebar peluang usaha budidaya lobster. Artikel ini akan membahas mengenai manfaat dan cara budidaya lobster.
Manfaat Budidaya Lobster
Sumber Makanan Laut Berkelanjutan
Penangkapan lobster yang berlebihan telah menyebabkan menurunnya populasi lobster liar di banyak daerah. Budidaya lobster menghasilkan supply lobster berkelanjutan tanpa mengganggu populasi lobster liar, sehingga mengurangi tekanan terhadap populasi lobster liar dan memberikan kesempatan pada lobster untuk memulihkan jumlah populasinya.
Pelestarian Spesies Lobster
Tidak hanya mengurangi tekanan terhadap populasi lobster liar, budidaya lobster justru akan melestarikan spesies lobster. Hal ini dikarenakan dalam siklus hidup alami lobster, lebih dari 99,996% telur lobster akan mati sebelum mencapai umur bertelur (dari 50.000 telur, diperkirakan hanya 2 yang mencapai ukuran dewasa). Hal ini berarti Survival Rate (SR) lobster di alam hanya berkisar 0,004%.
Sebaliknya, apabila baby lobster dibudidayakan, Survival Rate (SR)nya bisa ditingkatkan hingga 0,5%, peningkatan sebanyak 125 kali lipat apabila dibandingkan dengan alam. Dengan memajukan budidaya lobster, populasi lobster di alam bisa dilestarikan dan malah bisa bertambah banyak dengan cara dikembalikan sebagian ke laut.
Peluang Ekonomi
Budidaya lobster dapat menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat pesisir, menyediakan lapangan kerja di bidang budidaya, pengolahan, dan distribusi. Saat ini, Vietnam menghasilkan lobster budidaya dengan nilai USD 120 juta (1,9 triliun Rupiah) per tahun. Padahal, sebagian besar (berkisar 80%) benih lobster yang dibesarkan di Vietnam berasal dari Indonesia, dan panjang pesisir pantai Vietnam hanya berkisar 3.260km, setara dengan pulau Jawa. Apabila Indonesia bisa mengembangkan industri budidaya lobster sendiri, niscaya USD 120 juta ini akan mudah sekali tercapai dan bahkan melebihi karena panjang pesisir Indonesia yang lebih panjang (95.000km).
Kualitas dan Pasokan Terkendali
Lobster yang dibudidayakan dapat dipelihara dalam kondisi terkendali, memastikan kualitas dan pasokan yang konsisten sepanjang tahun. Hal ini memungkinkan perencanaan pasar yang lebih baik dan mengurangi fluktuasi harga musiman yang umumnya terkait dengan lobster hasil tangkapan liar.
Cara Budidaya Lobster Modern
Lobster sebagai binatang yang tinggal di dasar perairan, memiliki sifat yang sensitif terhadap salinitas (kadar garam) air. Apabila lobster terekspos pada air tawar, maka tubuhnya akan membengkak dan mati. Selain itu, lobster juga sangat sensitif terhadap cahaya. Lobster yang dipelihara dekat permukaan air akan sangat mudah terganggu oleh aktifitas pembudidaya, menyebabkan stress dan sulit untuk makan.
Itulah sebabnya pembudidaya yang membesarkan lobster di permukaan air menggunakan keramba tradisional banyak mengalami kegagalan. Ketika hujan deras, salinitas air di permukaan berubah menjadi lebih tawar, menyebabkan kematian masal dan terhambatnya pertumbuhan. Kegiatan pemberian makan oleh pembudidaya di keramba juga membuat lobster enggan untuk makan.
Oleh karenanya, Direktur PT. Gani Arta Dwitunggal Bapak Budiprawira pada tahun 2019 bersama dengan Prof. Dr. Ketut Sugama, M.Sc mengunjungi Vietnam selama 3 bulan untuk belajar langsung dari pembudidaya lobster di teluk Nha Trang sarana dan cara budidaya lobster terbaru yang terbukti sukses. Akhirnya diketahui bahwa pembudidaya lobster di Vietnam memelihara lobster dalam 3 tahap, yaitu: 1) tahap pertama di kerangkeng S, untuk lobster ukuran puerulus (5mm) hingga 5 gram, 2) tahap kedua di kerangkeng M, untuk lobster ukuran 5 gram hingga 15 gram, 3) tahap ketiga di kerangkeng L, untuk lobster ukuran 15 gram hingga dewasa.
Metode 3 tahap pembesaran ini kemudian dikembangkan lebih jauh di Indonesia untuk membuat kerangkeng lobster yang lebih baik buatan dalam negeri:
Kerangkeng S digantung di kedalaman 2 meter, kerangkeng M digantung di kedalaman 3-4 meter, dan kerangkeng L digantung di kedalaman 5-8 meter.
Kerangkeng-kerangkeng tersebut digantung di pelampung dengan konfigurasi longline sebagai berikut:
Dengan dibesarkannya lobster di dalam kerangkeng yang digantung di dalam air, salinitas air tidak akan terpengaruh apabila ada hujan besar, dikarenakan perubahan salinitas hanya terjadi di permukaan air. Dengan demikian, Survival Rate (SR) dari budidaya lobster akan meningkat secara signifikan. Selain itu, karena kerangkeng ditenggelamkan jauh di dalam air, lobster tidak akan terganggu oleh aktifitas pembudidaya sehingga penyerapan pakan lebih maksimal.
Pakan lobster terdiri dari:
Pakan diberikan melalui saluran yang telah disediakan di kerangkeng, sehingga memudahkan pembudidaya dalam pemberian pakan. Kerangkeng hanya perlu dibersihkan 2 kali seminggu oleh diver dari sisa-sisa pakan, sambil memeriksa kondisi lobster di dalam kerangkeng.
Ketika panen, kerangkeng diangkat ke permukaan menggunakan katamaran yang sudah disediakan dan sepasang katrol alat bantu angkat kerangkeng.
Pada tahun 2022, metode ini diuji bekerjasama dengan Universitas UNPAD di Pangandaran dengan jumlah kerangkeng 6 kerangkeng S, 6 kerangkeng M, dan 15 kerangkeng L. Keberhasilan dari uji coba ini dilanjut dengan penambahan 9 kerangkeng S, 12 kerangkeng M, dan 24 kerangkeng L pada tahun 2023.
https://www.rmoljabar.id/lewat-skema-kja-unpad-kembangkan-komoditas-lobster-di-pangandaran
Metode ini juga sudah diuji bekerjasama dengan Universitas IPB dan BBPBL Lampung sejak tahun 2019 dan siap untuk diterapkan di laut Indonesia.
Spesies lobster komersial yang telah sukses dibudidayakan adalah lobster Pasir (Panulirus homarus) dan lobster Mutiara (Panulirus ornatus). Lobster Pasir umumnya berhenti tumbuh di ukuran 200 gram (4 bulan), sedangkan lobster Mutiara bisa tumbuh hingga 2-3kg, dengan harga semakin mahal untuk ukuran yang semakin besar.