Sesuai role model budidaya lobster yang sukses di Vietnam, dimana mereka menggunakan submerged cage (karamba tenggelam pada kedalaman tertentu), maka agar budidaya lobster yang kita lakukan di Indonesia juga sukses maka kita harus ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Wadah budidaya yang digunakan di Vietnam adalah submerged cage dengan berbagai ukuran, sesuai ukuran lobster yang dipelihara, dimana cage ini dibenamkan pada kedalaman yang berbeda.
Dimanakah kita menempatkan submerged cage ini? Tentu ini adalah pertanyaan serius yang harus dijawab agar tidak salah penempatannya terkait dengan kondisi kualitas air sebagai media hidup lobster. Ada kiat-kiat utama yang harus dilakukan untuk pemilihan lokasi yang tepat agar budidaya lobster menjadi berhasil. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya lobster disamping ketersedian benih, lingkungan, kualitas air yang baik, tersedia pakan dan terjaminnya pasar.Kelayakan lokasi merupakan hasil kesesuaian di antara persyaratan hidup, dan berkembangnya suatu komoditas budidaya terhadap lingkungan fisik perairan. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi kondisi oseanografi, dan kualitas perairan serta topografi dasar laut.Berdasarkan pustaka, kondisi kualitas air yang memadai untuk pertumbuhan lobster, terdapat pada table berikut ini.
Penggunaan submerged cage dengan perbedaan ukuran dan perbedaan kedalaman penyimpanan diyakini menjadi salah satu kunci keberhasilan budidaya lobster. Penggunaan submerged cage selain hemat lahan, tingkat produkivitasnya tinggi, mudah dipantau, jumlah dan mutu air selalu memadai, karena tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus, tidak perlu pengolahan tanah, predator mudah dikendalikan, mudah dipanen, sehingga dapat menekan input biaya produksi.Selain itu, ada teknologi lain yang sudah dikembangkan, yaitu teknologi
SIG (Sistem Informasi Geografi). SIG sangat membantu saat melakukan analisis
pemilihan lokasi yang didasarkan, pada data pengukuran parameter fisika,
dan kimia perairan. Parameter ini didapatkan dari hasil pengukuran, dan
pengambilan sampel air di stasiun penelitian yang ditentukan secara acak.
Parameter Kesesuaian Lokasi Budidaya Lobster di Pantai
Ketentuan lain yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi untuk kegiatan budidaya pantai adalah kecepatan arus, kedalaman air, oksigen terlarut, pH air, suhu dan salinitas. Kecepatan arus sangat berguna untuk kegiatan budidaya lobster. Arus ini berguna untuk menambah kembali oksigen terlarut di tempat pemeliharaan, arus maksimum yang ideal untuk lokasi budidaya lobster di laut adalah 100 cm/detik. Sedangkan kecepatan arus antara 20 – 40 cm/detik, ini merupakan kisaran yang baik untuk kegiatan budidaya lobster di submerged cage.
Kedalaman air yang baik agar cage ini dapat dibenamkan dengan sempurna adalah minimum 7 m dari dasar pantai, hal ini akan membuat baby lobster menjadi nyaman. Kondisi ini memberikan kesempatan untuk pergantian massa air utamanya di dasar jaring, serta menghindari adanya gesekan dengan dasar perairan, selain itu kedalaman perairan juga bermanfaat untuk menghindari terjadinya penumpukkan pakan, gangguan organisme dasar, kotoran ikan dan kotoran lainnya di dasar jaring. BBPBL (2001) menyatakan bahwa kedalaman yang layak untuk budidaya laut adalah 15 – 24,9 m.
Oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, menurut tabe di atas, parameter oksigen terlarut yang sangat sesuai bagi lobster pada sistem submerged cage adalah ≥ 4 mg/l.
Unsur penting lainnya, pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan, karenanya ia mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang mengandung unsur asam (relatif tinggi), tidaklah produktif karena dapat membunuh lobster. Parameter pH yang sangat sesuai bagi lobster pada sistem submerged cage idealnya berkisar pada 7,5 – 8,5.
Bagaimana dengan temperatur air? Faktor temperatur air amatlah mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun diperairan tawar, dibatasi oleh suhu perairan. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan lobster. Parameter suhu untuk pembesaran lobster di sistem submerged cage berada pada kisaran 25o – 32o, optimal 28o – 30o C.
Salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh larutan garam yang terdapat di dalam air laut. Untuk keperluan budidaya lobster, maka salinitas harus dipetahankan agar sesuai dengan kisaran yang mampu diadaptasi benih lobster. Seperti diketahui bahwa lobster itu sangat sensitive terhadap perubahan sainitas, jadi apabila terjadi hujan yang akan mengakibatkan turunnya sainitas, maka lobster akan stress bahkan mati massal. Budidaya lobster di Vietnam mengantisipasinya dengan cara membenamkan cage nya beberapa meter di bawah permukaan air, sehingga penurunan salinitas tidak berdampak pada kelangsungan hidup lobster. Kadar salinitas yang dapat diadaptasi lobster adalah 25 – 37, optimal 30 – 35.
Teknik submerged cage tersebut sudah diadaptasi oleh Aquatec yang menciptakan cage yang dapat ditempatkan di berbagai kedalaman kolom air. Riset awal terhadap hal ini sudah mulai dilakukan dan memberikan harapan baik.
Peranan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Kegiatan usaha perikanan budidaya lobster berkelanjutan harus dilandasi dengan perencanaan yang tepat, menyeluruh, dan terpadu dengan rencana sektor lain. Analisis spasial kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dan data penginderaan jauh (inderaja) berperan penting dalam aspek spasial. Hal ini kaitannya dengan pengembangan, dan manajemen perikanan budidaya.
Kajian SIG ini umumnya meliputi: zonasi dan kesesuaian lahan, dampak perikanan budidaya terhadap lingkungan perairan, perencanaan pengembangan perikanan budidaya, dengan memperhatikan pengguna lahan lainnya, dan inventarisasi serta pemantauan aktivitas perikanan budidaya. Terbukti pemilihan lokasi dengan menggunakan teknologi SIG, yang diintegrasikan dengan manipulasi data yang sistematis, logis, dan efektif, pengambilan keputusan pemilihan lokasi menjadi lebih mudah dan efisien.
Informasi dasar lain lazimnya dapat kita peroleh dalam bentuk peta tematik. Ini diperlukan untuk menyusun kelayakan biogeofisik, di antaranya meliputi karakteristik oseanografi. Evaluasi kesesuaiaan lahan amatlah penting. Ini berhubungan dengan rencana penggunaan lahan, dan skala produksi. Selain itu lakukan pula metode skoring pada masing–masing parameter, lengkapi pula dengam melakukan tumpang susun (overlay).
Akhirnya, demi memperoleh lokasi yang mendekati kondisi ideal, amatlah diperlukan data yang lengkap. Semua ini semata demi terwujudnya lokasi budidaya lobster di pantai yang tepat, agar terhindar dari kerugian yang tidak perlu. Marilah kita galakkan budidaya lobster mengunakan submerged cage di pantai.
Penulis: