Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok merupakan salah satu stasiun pengembangan BBL Lampung pada tahun 1992 yang mempunyai tugas mengembangkan perikanan budidaya laut di Nusa Tenggara Barat. Balai ini dibangun di pesisir Teluk Gerupuk, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kab. Lombok Tengah NTB. Melihat perkembangan tuntutan tugas dan fungsi serta kemudahan dalam pengembangan budidaya laut di NTB dan sekitarnya maka pada tahun 1994, status stasiun meningkat menjadi Loka Budidaya Laut Lombok (LBL-L). Berbagai sarana dan prasarana terus ditingkatkan untuk mendukung pengembangan budidaya laut, dan pada tahun 2000 seiring dengan lahirnya Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan, Loka Budidaya Laut berada dibawah pembinaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memperoleh peningkatan anggaran dan penambahan sarana produksi di Dusun Gili Genting, Desa sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat-NTB. Status Loka Budidaya Laut Lombok meningkat menjadi Balai Budidaya Laut Lombok dan pada tahun 2006 sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang budidaya laut berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NO. PER.10/MEN/2006. BBL Lombok bertugas melaksanakan penerapan teknik perbenihan dan pembudidayaan ikan air laut serta pelestarian sumberdaya induk/benih dan lingkungan ikan laut.
Balai Budidaya Laut Lombok (BBL) yang berlokasi di Sekotong merupakan salah satu dari 15 unit pelaksana teknis di seluruh Indonesia yang dimiliki Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. BBL Lombok mampu memproduksi benih fin fish seperti kerapu bebek, kerapu macan dan bawal bintang untuk para pembudidaya dan kebutuhan konsumsi di NTB, NTT dan Bali. BBL Lombok juga melakukan pendampingan dalam budidaya lobster, abalone, rumput laut, dan Mutiara.
Jika kerapu bebek harus dibudidayakan dengan waktu budidaya hingga 18 bulan, kerapu macan sekitar satu tahunan, ikan ini dapat menjadi komoditas unggulan untuk ekspor ke Hongkong. Sedangkan ikan bawal bintang meski tergolong spesies baru di Indonesia mulai berkembang di masyarakat dan telah menjadi komoditas unggulan yang diminati pasar baik domestik maupun untuk kebutuhan ekspor.
Bawal BintangBawal bintang menjadi komoditas yang memiliki permintaan tinggi, untuk memasok kebutuhan restoran sudah mulai luas. Ikan ini banyak dicari buat dikonsumsi karena mengandung omega 3 yang baik buat pertumbuhan tubuh, untuk di Lombok saja permintaan rutin selalu datang dari Bali sebagai pasar utama, permintaan Bawal bintang juga datang dari Jawa dan Jakarta. Walaupun harga bawal bintang tidak semahal kerapu, namun karena masa pemeliharan yang tidak terlalu lama, menjadikan ikan asal Taiwan ini cukup diminati oleh masyarakat pembudidaya, selain masa pemeliharaan yang tidak terlalu lama benih bawal bintang sudah bisa didapatkan di dalam negeri. Budidaya bawal bintang sebaiknya harus mengikuti pedoman CBIB (cara budidaya ikan yang baik) agar menghasilkan panen optimal. Saat ini sudah ada SNI (Standar Nasional Indonesia ) untuk cara pembenihan bawal bintang, pakan buatan untuk ikan bawal bintang dan cara pembesaran ikan bawal bintang di keramba jaring apung (KJA).
Metode pemeliharaan ikan bawal bintang di keramba jaring apung (KJA) dimulai dari penggunaan benih yang berkualitas baik sesuai standar SNI. Ukuran benih harus seragam minimal 80 % dari populasi benih saat ditebar ke dalam lokasi pemeliharaan. Memerlukan beberapa tahapan dalam teknik budidaya Bawal bintang. Tahapan ini antara lain akan berguna untuk menghindari tingkat mortalitas (kematian) yang biasanya tinggi. Ikan diseleksi berdasarkan ukurannya, untuk menghindari sifat kanibal (saling memangsa), agar pertumbuhan ikan lebih seragam dan menghasilkan panen bawal bintang yang seragam pula. Dalam pemeliharaan, dibedakan adanya tiga tahap pemeliharaan yaitu pendederan, penggelondongan, dan pembesaran jika benih bawal bintang yang berasal dari hethcri atau balai benih.
Pemeliharaan benih (pendederan) harus dilakukan secara khusus di bak-bak terkontrol atau di keramba jaring apung (KJA) khusus. Padat penebaran benih bawal bintang di KJA adalah 70-80 ekor/m3. Setelah masa pemeliharaan 1,5-2 bulan, tingkat kepadatan dikurangi menjadi 60-70 ekor/m3 sampai masa pendederan (pemeliharaan benih) mencapai 2-3 bulan. Selama pendederan, ukuran pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan lebar bukaan mulut ikan. Pakan yang diberikan berupa pelet maupun ikan rucah dalam keadaan segar dan digiling sebagai pakan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 4—6 kali sehari, selanjutnya pemberian pakan dapat dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Tahap berikutnya yaitu penggelondongan, benih bawal bintang ditebar ke dalam keramba jaring apung (KJA) dengan kepadatan antara 60-70 ekor/m3. Pada tahap penggelondongan ini bawal bintang diberi pakan berupa pelet atau ikan rucah segar yang dipotong atau dicacah kecil-kecil sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan. Frekuensi pemberian pakan minimal 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Selain itu, ikan juga dapat diberi tambahan vitamin seminggu sekali, diberikan bersama pakan. Agar pakan yang diberikan mencukupi, sebaiknya setiap kali pemberian pakan diberikan hingga ikan benar-benar kenyang.
Tahap terakhir adalah pembesaran, biasanya setelah dipelihara 2-3 bulan di keramba jaring apung (KJA) penggelondongan, benih telah mencapai ukuran 70-80 gr/ekor. Maka ikan dapat dipindahkan ke keramba jaring apung (KJA) pembesaran. Padat penebaran dalam keramba jaring apung (KJA) pembesaran berkisar antara 40-50 ekor/m3. Pada tahap pembesaran, ikan juga diberikan pakan berupa ikan-ikan rucah segar. Pakan diberikan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Dalam tahap pembesaran ini juga dapat ditambahkan vitamin yang diberikan seminggu sekali dengan cara dicampurkan pada pakan. Biasanya dalam 5-6 bulan di keramba jaring apung (KJA) pembesaran, ikan akan mencapai ukuran konsumsi. Bawal bintang dapat mencapai ukuran berat 700-900 gr/ekor setelah dipelihara 5-6 bulan.
Dalam melakukan budidaya ikan bawal bintang, saat pemindahan ikan ke keramba jaring apung (KJA) dilakukan saat cuaca dan ombak laut stabil. Bila cuaca dan ombak laut stabil, survival rate atau tingkat bertahan hidup ikan ini cukup tinggi sekitar 70-80%, ikan bawal bintang rentan mati kalau dihempas ombak laut. Selain ombak laut, ikan juga harus dijauhkan dari kemungkinan terkena serangan virus atau parasit. Untuk itu, jaring keramba harus diganti setiap bulan agar sirkulasi air tetap lancar dan kebersihan air tetap terjaga.
Teknik budidaya ikan laut di BBL Lombok telah menggunakan keramba jaring apung (KJA) modern, BBL Lombok mempercayakan penggunaan keramba jaring apung (KJA) HDPE Aquatec untuk budidaya ikan bawal bintang. Keramba jaring apung (KJA) produksi Aquatec memiliki kualitas yang baik dan kontruksi yang kuat menahan gelombang laut, bahan yang digunakan ramah lingkungan karena dibuat dari bahan HDPE, umur pemakaiannya dapat mencapai diatas 25 tahun, pemeliharaannya sangat mudah, dan penggunaan keramba jaring apung (KJA) Aquatec dapat meningkatkan hasil panen lebih optimal bagi pembudidaya, sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat pembudidaya. BBL Lombok merekomendasikan pembudidaya yang baru memulai usaha untuk memakai keramba jaring apung (KJA) Aquatec karena selain kualitas dan teknologinya yang terdepan, ekonomis, juga buatan dalam negeri.