Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri (PERMEN) Kelautan dan Perikanan NO. PER.10/MEN/2006 tanggal 12 Januari 2006. Wilayah kerja BPBL Ambon meliputi Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat dan Papua. Kinerja Balai Perikanan dan Budidaya Laut (BPBL) Ambon dinilai sangat baik. Terutama dalam mengembangkan teknologi budidaya ikan.
Prestasi tersebut diapresiasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dengan menjadikan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon sebagai sumber teknologi budidaya ikan di Indonesia bagian Timur. Mantan Direktur Perbenihan, H. Sarifin mengatakan, BPBL Ambon merupakan sumber teknologi inovatif dan adaptif di Indonesia Bagian Timur, khususnya untuk wilayah Maluku dan Papua.
BPBL Ambon memiliki beberapa prestasi yaitu secara bertahap telah berhasil meningkatkan produksi benihkerapu bebek,
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.co.id
kerapu macan,
budidaya udang vaname
di keramba jaring apung (KJA), berhasil sebagai penghasil telur kerapu bebek terbaik di Indonesia. sehingga secara pasti akan mampu memenuhi di wilayah kerjanya. BPBL Ambon juga mengembangkan ikan kerapu kertang, kerapu sunu dan menambah jenis koleksi laut lainnya yakni pengembangan ikan hias laut dan pemijahan berbagai jenis ikan hias laut yang hampir punah. Prestasi BPBL Ambon tidak hanya berhasil mengembangkan teknologi budidaya ikan konsumsi tetapi juga budidaya ikan hias.
BPBL Ambon telah melakukan berbagai perekayasaan diantaranya produksi benih ikan, rumput laut maupun pembesaran ikan konsumsi. Hasil kegiatan perekayasaan tersebut telah di implementasikan di masyarakat melalui kegiatan diseminasi. Semua kegiatan tersebut pada dasarnya diarahkan untuk menjadi bahan kebijakan dalam mengembangkan budidaya laut khususnya di wilayah Indonesia Timur maupun di Indonesia pada umumnya.
Indonesia yang memiliki banyak ikan air laut yang dapat dibudidayakan serta memiliki nilai ekonomis tinggi, diantaranya ikan kuwe atau ikan bubara. Ikan ini merupakan salah satu ikan permukaan (pelagis) yang dapat dibudidayakan di keramba jaring apung. Ikan bubara sangat digemari oleh masyarakat karena rasa dagingnya yang gurih serta kandungan gizinya yang tinggi. Harga komoditas laut ini lumayan tinggi, di pasar lokal harga ikan bubara cukup stabil.
ikan kuwe
ikan bubara
BPBL Ambon berhasil mengembangkan teknologi budidaya ikan bubara atau ikan kuwe. Rentang waktu pemeliharaan dan pembesaran ikan bubara atau ikan kuwe lebih pendek (5 bulan) jika dibandingkan dengan komoditas lainnya, sehingga ikan bubara atau ikan kuwe layak untuk dikembangkan. Tingkat kebutuhan ikan bubara (hidup) di Ambon cukup tinggi, didominasi oleh permintaan rumah makan yang mencapai 400 kg/minggu/rumah makan dengan harga jual sekitar Rp.60.000-70.000/kg, dan permintaan benih ikan bubara atau ikan kuwe yang tinggi khusus dalam negeri menjadikan prospek budidaya ikan bubara atau ikan kuwe sangat menguntungkan, karena dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.
Kegiatan pembenihan ikan bubara dimulai dengan melakukan seleksi induk sehat dan tidak cacat. Perbandingan induk jantan dan betina yang digunakan adalah 1 : 1. Induk yang akan dipijahkan dipindahkan dari keramba jaring apung (KJA) HDPE Aquatec ke bak induk. Induk disuntik menggunakan hormon sebanyak 2 kali, dan induk akan memijah.
Selama masa pemeliharaan, induk diberikan pakan ikan rucah dan beberapa multivitamin. Telur dipanen pada pagi hari dan ditetaskan di bak pemeliharaan larva hatchery indoor.
Pada saat pembesaran, ikan bubara akan diletakan di keramba jaring apung (KJA) HDPE. Kegiatan pembesaran ikan bubara di keramba jaring apung merupakan proses pemeliharaan benih ikan hasil penggelondongan hingga mencapai ukuran konsumsi (400-500gr). Pada fase pembesaran ini, resiko kematian ikan relative berkurang, bila dibandingkan dengan fase pendederan dan penggelondongan. Hal ini disebabkan karena pada fase pembesaran, benih ikan sudah memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan memiliki tingkat adaptasi terhadap lingkungan yang semakin tinggi
Budidaya ikan khususnya ikan bubara di keramba jaring apung (KJA) merupakan salah satu usaha yang prospek untuk dikembangkan di Indonesia mengingat potensi lahan perairan dan ikan masih sangat besar. Kondisi ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan guna meningkatkan tarap hidup masyarakat pesisisr, nelayan, petani, pembudidaya dan para pelaku bisnis perikanan.
Keberhasilan usaha budidaya ikan bubara (Caranx sp) di keramba jaring apung (KJA) ditentukan oleh beberapa faktor seperti kualitas benih, sarana prasarana budidaya, kelayakan lokasi, permodalan, pemasaran, dan SDM serta penguasaan terhadap teknis budidaya yang memadai. Selain itu faktor penunjang keberhasilan usaha budidaya adalah dukungan pemerintah, dunia usaha dan instansi teknis lainnya. Secara teknis kegiatan pembesaran tidak banyak berbeda dengan kegiatan pendederan/penggelondongan, namun beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap ini, adalah sebagai berikut :
1. Sumber Benih, untuk memudahkan kegiatan pembesaran ikan bubara di KJA, maka diupayakan benih yang akan dipelihara bersumber dari hatchery (hasil penggelondongan) agar benih yang dipelihara mempunyai ukuran yang seragam, tidak cacat dan mempunyai jumlah yang banyak.
2. Teknik Penebaran dan Padat Tebar, sebelum penebaran benih dilakukan, maka jaring dan peralatan lainnya sudah disiapkan lebih awal. Sebaiknya waktu penebaran yang tepat dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga akan mengurangi resiko stress pada benih yang bisa mengakibatkan kematian. Kepadatan opimum untuk fase pembesaran adalah 50-75 ekor/m3 dan dipertahankan selama 5 bulan pemeliharaan hingga ikan mencapai ukuran konsumsi (400-500 gr).
Selain memiliki pertumbuhan yang relatif singkat, ikan ini juga memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan, mudah mendapat bibit dari alam sehingga teknik budidaya sederhana serta perawatan dan tahan terhadap penyakit.
Dalam kegiatan pembesaran ikan bubara perlu memperhatikan keramba jaring apung yang digunakan, pada tahap pembesaran ikan bubara diperlukan keramba jaring apung yang modern dan ramah lingkungan bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas budidaya sehingga kegiatan pembudidayaan atau pembesaran semakin kompetitif, ekonomis dan menguntungkan untuk diusahakan.
BPBL Ambon dalam kegiatan budidaya ikan mengandalkan keramba jaring apung (KJA) HDPE Aquatec, karena perawatan keramba jaring apung (KJA) Aquatec yang mudah sehingga sangat efisien dalam hal cost perawatannya dan waktu, selain itu keramba jaring (KJA) Aquatec tahan lama dan tahan ombak. Keramba jaring apung Aquatec juga menggunakan jaring tanpa simpul (knotless) standard Jepang yang halus. Dengan jaring tanpa simpul, sisik ikan terjaga sehingga Survival Rate (SR) ikan juga meningkat. BPBL Ambon merekomendasi pembudidaya untuk menggunakan keramba jaring apung (KJA) Aquatec karena selain kualitasnya yang baik, juga merupakan produk asli dalam negeri.
BPBL Ambon yang menjadi kiblat di timur Indonesia ini sudah melakukan pengembangan pembenihan ikan bubara pada tahun 2012 dan keberhasilan pembenihan massal dicapai pertengahan tahun 2016. Benih ikan bubara yang dihasilkan BPBL Ambon, sudah terdistribusi pada kelompok pembudidaya melalui program bantuan benih. Benih ikan bubara yang berasal dari BPBL Ambon, memiliki pertumbuhan yang cepat dengan SR yang cukup tinggi.