loader
ID EN

IPB University Terima Satu Unit Submersible Cage dari PT Gani Arta Dwitunggal

Balai Sea Farming, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University mendapatkan satu unit karamba jaring apung bawah air (submersible cage) dari PT Gani Arta Dwitunggal (produsen sarana dan prasana kelautan dan perikanan Merek AquaTec). Perakitan submersible cage lobster ini dihadiri langsung oleh Kepala dan Sekretaris PKSPL IPB University, Dr Yonvitner dan Dr Ruddy Suwandi, (30/10).

Perakitan submersible cage tersebut dimulai dengan pemasangan 2 platform aluminium di atas 2  silinder pelampung. Pemasangan platform dilakukan oleh dua teknisi PT Gani Arta Dwitunggal dibantu oleh teknisi Balai Sea Farming, mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, serta 4 orang nelayan yang sengaja direkrut dalam perakitan submersible cage. 

Setelah platfrom terpasang, kemudian seluruh komponen dimuat ke atas perahu dan kemudian dibawa dengan ditarik perahu motor sampai ke Balai Sea Farming di Gosong Semak Daun, Kepulauan Seribu.

“Hibah submersible cage tersebut merupakan bagian dari Program Matching Fund Kedaireka, hasil kolaborasi antara PKSPL, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University dan PT Gani Artha Dwi Tunggal. Submersible cage akan digunakan untuk medukung aktivitas penelitian pengembangan lobster,” ujar Dr Yonvitner.

Dr Yonvitner menambahkan bahwa pemasangan submersible cage ini merupakan langkah awal nyata menjadikan Sea Farming sebagai pusat pengembangan lobster berbasis masyarakat. Ini menjadi penting, karena lobster merupakan komoditas premium yang memiliki nilai ekonomi tinggi jika keberadaannya dapat dimanfaatkan secara maksimal. 

“Oleh karena itu melalui Program Matching Fund Kedaireka sea farming lobster, peran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta keilmuan IPB University menjadi penting di sini. Disamping itu DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri) menjadi bagian penting dari output iptek yang dikembangkan nantinya. Maka dari itu kami mengajak PT Gani Arta Dwitunggal untuk menjadi bagian penting dari kolaborasi ini,” ujarnya.

Dr Ruddy Suwandi menambahkan, “Sea Farming sebagai sebuah konsep telah paripurna. Namun perkembangan teknologi menuntut konsep tersebut harus dapat beradaptasi dan berevolusi menjadi sea farming 4.0. Langkah awal dari hal tersebut melalui program sea farming lobster (program matching fund Kedaireka). Kami merasa program ini sangat penting untuk menghasilkan jalan keluar terkait permasalahan lobster. Dimana dukungan Departemen Budidaya Perairan IPB University dan PT Gani Arta Dwitunggal menjadi hal yang sangat penting untuk menghasilkan Iptek tepat guna dan berbasis masyarakat. Disamping itu program ini menjadi bagian penting dari implementasi konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka IPB University (MBKM),” imbuhnya.

Di tempat terpisah Dr Irzal Effendy selaku Kepala Divisi Coastal and Marine Science Technopark PKSPL IPB University yang sekaligus Dosen Departemen Budidaya Perairan IPB University menjelaskan bahwa aplikasi kerangkeng atau keramba tenggelam (sub-mersible cage) dalam budidaya lobster bertujuan untuk mendapatkan lingkungan budidaya yang mungkin lebih cocok. Seperti suhu, intensitas cahaya, arus, gelombang air laut, dan sebagainya. 

“IPB University akan menguji kerangkeng tenggelam yang diproduksi oleh PT Aquatec ini dengan melibatkan mahasiswa dan dosen peneliti.  Pengujian mencakup kinerja produksi dan bisnis, serta kondisi kesehatan lobster dan kualitas air dalam keramba jaring apung/KJA dan sebagainya,” ujarnya.

Menurutnya, pada lingkungan yang optimal, nafsu makan lobster akan selalu tinggi dan bila tidak tersedia makanan yang cukup, bisa menyebabkan kanibalisme. Oleh karena itu pada keramba tenggelam tersebut perlu dilakukan manajemen pemberian pakan yang baik untuk lobster. 

“Ekosistem laut di sekitar keramba tenggelam dan interaksinya dengan lobster yang dipelihara juga akan dikaji. Kinerja keramba tenggelam ini akan dibandingkan dengan keramba mengapung atau KJA yang sudah biasa digunakan untuk akuakultur di Indonesia,” tuturnya. 

Ia menambahkan bahwa sistem produksi yang akan dikembangkan dengan aplikasi keramba tenggelam ini mencakup pendederan benih bening atau baby lobster (pulerulus) hingga mencapai ukuran 5 gram (pendederan I) dan 5 gram hingga ukuran 30 gram (pendederan II), serta pembesaran lobster 30 gram hingga mencapai ukuran konsumsi. 

“Kita berharap sistem dan teknologi budidaya lobster nasional bisa mantap secepat mungkin dan mampu menyamai bahkan melampaui Vietnam. Sebagai negara produsen utama lobster budidaya, hampir seluruh baby lobster yang mereka gunakan berasal dari Indonesia. IPB University bersama PT Aquatec terlibat aktif dalam penyelesaian masalah bangsa terkait lobster,” tandasnya. (MQS/RDS/Zul)



Published Date : 03-Nov-2021
Resource Person : Dr Yonvitner
Keyword : lobster, Sea farming, PKSPL, FPIK, IPB University
SDG : SDG 4 - QUALITY EDUCATION, SDG 9 - INDUSTRY, INNOVATION AND INFRASTRUCTURE, SDG 14 LIFE BELOW WATER

      


posts List on Aquatec