Budidaya Rumput Laut Modern yang Ramah Lingkungan
Indonesia merupakan negara penghasil rumput laut terbesar di dunia dengan produksi 10 juta ton rumput laut pada tahun 2015. Seluruh rumput laut tersebut dihasilkan secara tradisional dengan cara mengikat bibit rumput laut pada seutas tali dan mengikatkan tali tersebut pada botol air mineral bekas. Botol-botol plastik tersebut kemudian diikat satu dengan lainnya dengan seutas tali dan dibiarkan mengapung di laut lepas pantai, dengan kedua ujung tali diikat pada pemberat untuk mencegah hanyut. Pembudidaya kemudian menunggu 45 hari untuk memanen rumput laut yang telah tumbuh pada tiap-tiap botol plastik yang terapung.
Photo - Budidaya rumput laut tradisional (mencemari lingkungan)
Kendala dari cara budidaya rumput laut seperti ini adalah rapuhnya botol plastik yang berfungsi sebagai pelampung. Botol plastik mudah tenggelam dan sangat mencemari lingkungan. Seringkali rumput laut putus dan jatuh ke dasar laut. Rumput laut juga digigiti penyu dan ikan baronang, kemudian bercampur dengan sampah laut sehingga mengakibatkan grade rumput laut menjadi rendah dan dijual murah.
Kendala lain dari metode tradisional dengan botol plastik bekas ini adalah tidak dimungkinkannya pengaplikasian dalam skala industri. Hal tersebut disebabkan karena tiap botol hanya mampu menahan beban 1kg rumput laut sehingga hasil produksi sangat rendah, dan setelah satu kali panen seluruh botol plastik dan tali dihanyutkan di laut menjadi sampah yang mencemari laut hingga ratusan tahun. Metode tradisional ini membutuhkan area yang sangat luas untuk menghindari terbelitnya tali, sehingga mengganggu jalur perahu nelayan. Hempasan ombak yang agak besar terkadang cukup kuat untuk menghanyutkan keseluruhan botol plastik dan tali sehingga menggagalkan produksi. Tidak hanya berakibat pada kegagalan produksi, alat yang hanyut juga akan mencemari lingkungan dan menjadi sampah laut.
Tingginya tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi dengan rendahnya produksi budidaya rumput laut yang dihasilkan dari metode tradisional membuat banyak pihak mempertanyakan apakah metode yang menggunakan botol plastik bekas ini patut dijalankan atau tidak. Apalagi, semakin parahnya isu pencemaran laut oleh sampah plastik membuat beberapa organisasi lingkungan seperti WWF mulai menyorot praktek budidaya rumput laut tradisional yang dilakukan di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, Aquatec bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Maluku menciptakan sarana budidaya rumput laut modern sistem pipa pelampung dan kantong yang tidak mencemari lingkungan dan memiliki hasil produksi yang tinggi dan berkualitas. Sarana ini berupa rangkaian pelampung berbentuk pipa memanjang yang dipasang baris-berbaris, kemudian pada rangkaian pelampung tersebut digantung kantong-kantong dalam air untuk membudidayakan rumput laut. Kantong diselubungi dengan jaring anti-biofouling sehingga mudah dibersihkan dari lumut. Baik pelampung maupun kantong terbuat dari bahan yang tahan lama, ramah lingkungan, dan mengandung anti-biofouling. Alat ini kemudian diikat pada jangkar yang ditambatkan di dasar perairan.
Spesifikasi Pipa Pelampung:
Pipa HDPE (High Density Polyethylene) OD 90mm tebal 5mm (termasuk 0,5-0,6mm lapisan HDPE Anti-Biofouling), termasuk sistem sambungan di kedua ujung pipa, berikut 24 titik penahan tali kantong (stopper). Total panjang 5,8 meter.
Spesifikasi kantong rumput laut:
Kantong rumput laut dari net Anti-Biofouling diameter 45cm tinggi 65cm, termasuk frill Anti-Biofouling dan 2 ring Stainless Steel.
Photo - Sarana Budidaya Rumput Laut Modern di Maluku
Skema Sarana Budidaya Rumput Laut Modern (ditambatkan dengan 6 jangkar besi cor 80kg)
Berbeda dengan metode tradisional yang hanya mampu menghasilkan 1kg rumput laut tiap titik, metode modern ini mampu menghasilkan 15kg rumput laut tiap kantong, sehingga kapasitas produksinya 15 kali lipat dari metode tradisional. Hal ini dikarenakan konstruksi pelampung yang kuat dan daya apung yang tinggi. Kantong melindungi rumput laut dari predator seperti penyu dan ikan baronang, dan juga dari sampah laut, sambil tetap memberikan sirkulasi air yang baik. Apabila rumput laut putus, rumput laut tetap dapat tumbuh di dalam kantong hingga mencapai 15kg. Karena terbebas dari bekas gigitan dan sampah, rumput laut yang dihasilkan memiliki grade yang tinggi dengan tingkat karagenan yang tinggi, dan dapat dijual dengan harga premium.
Berbeda dengan botol plastik bekas yang hanya dipakai untuk 1 kali panen, sarana budidaya rumput laut modern sistem pipa dan kantong ini mampu dioperasikan hingga 10-15 tahun. Dengan demikian, budidaya rumput laut menjadi ramah lingkungan dan hitungan ekonomis budidaya rumput laut menjadi semakin baik untuk pembudidaya.
Secara singkat, berikut perbandingan budidaya rumput laut metode tradisional menggunakan botol plastik bekas dengan budidaya rumput laut metode modern menggunakan pipa pelampung dan kantong:
PERBANDINGAN METODE TRADISIONAL DENGAN MODERN
Tradisional (Botol Plastik Bekas dan Tali):
· Setelah 1 kali panen (45 hari) botol dan tali akan terbelit-belit, kemudian dibuang jadi sampah sehingga mencemari pantai dan laut ratusan tahun.
· Per botol plastik hanya bisa panen 1kg rumput laut. Lebih dari 1kg rumput laut akan putus atau botol tenggelam. Lahan ¼ hektar hanya bisa panen 2 ton rumput laut basah.
· Rumput laut hasil panen tercampur sampah dan digigiti ikan dan penyu, sehingga rumput laut menjadi kotor dan dijual dengan harga sangat murah (Rp 3.000 per kg basah).
· Ada resiko kalau ombak besar seluruh tali dan botol plastik bekas terbawa ombak sehingga panen gagal. Hanya bisa ditempatkan di laut yang sangat tenang.
Modern (Pipa Pelampung dan Kantong):
· Sarana modern tahan 10-15 tahun (8 kali panen setahun, artinya bisa untuk 80-120 kali panen), ramah lingkungan.
· Tiap kantong bisa panen 15kg rumput laut. Lahan ¼ hektar (2.040 kantong) bisa menghasilkan 20-30 ton rumput laut basah berkualitas.
· Rumput laut bebas sampah dan aman dari ikan dan penyu, sehingga kualitas dan harga jual lebih tinggi (Rp 4.000 – Rp 8.000 per kg basah). Metode modern ini memiliki BEP 1-1.5 tahun.
· Tahan ombak hingga 1m. Panen pasti berhasil.
· Pipa dan kantong terbuat dari bahan HDPE berkualitas dan mengandung anti-biofouling, mudah dibersihkan dari lumut.
· Sudah memiliki Sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian RI dan merupakan produk inovasi unggulan dalam negeri TKDN.Kemenperin.go.id.
Dengan menggunkan sarana budidaya rumput laut modern sistem pipa pelampung dan kantong, lingkungan menjadi terjaga, hasil produksi rumput laut meningkat 10-15 kali lipat dan berkualitas tinggi, dan pembudidaya sejahtera karena mendapatkan income reguler. Mari kita revolusi produksi budidaya rumput laut Indonesia.