Hal ini bisa dibilang tidak biasa apa yang dilakukan BBPBL Lampung, yakni budidaya udang di keramba jaring apung (KJA) HDPE. Menurut Perekayasa Utama Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Herno Minjoyo, M.Sc, yang melatarbelakangi BBPBL Lampung mengembangkan budidaya udang vaname di keramba adalah karena potensi perairan Indonesia sangat luas sehingga memungkinkan budidaya udang Vaname skala besar di laut.
Selain cermat melihat potensi kekayaan laut Indonesia, BBPBL Lampung juga mempertimbangkan efisiensi pengeluaran. Pasalnya, budidaya udang vaname di laut tidak perlu menggunakan kincir dan listrik karena sirkulasi air selalu terjaga sehingga dapat menekan biaya pengeluaran dengan signifikan.
Herno mengatakan, harapannya adalah agar masyarakat pesisir di sekitar pantai dapat melakukan usaha budidaya udang vaname di keramba sehingga kesejahteraannya meningkat, karena di tambak sudah terganggu dengan aktivitas penebangan hutan bakau atau mangrove.
Untuk budidaya udang vaname di laut, BBPBL Lampung menggunakan keramba HDPE segi empat dari Aquatec, wujud kerjasama penelitian udang vaname antara Ir. Coco Kokarkin Soetrisno, M.Sc dengan Aquatec pada tahun 2012 dan pemberian dari KKP sejak tahun 2015.
Keramba Aquatec adalah keramba produksi unggulan dalam negeri yang terbuat dari bahan Prime Grade High Density Polyethylene(HDPE) dengan anti-UV, yang didesain kuat dan lentur untuk menghadapi ombak laut hingga ketinggian 2 meter. “Dengan menggunakan keramba Aquatec yang berkualitas, tidak ada kekhawatiran akan rusaknya keramba sehingga pengguna bisa berkonsentrasi penuh
pada peningkatan produksi.” ujar Coco, Direktur Pakan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya KKP. Keramba Aquatec masuk klasifikasi ramah lingkungan untuk eksport hasil budidaya ke Eropa.
BBPBL Lampung telah melakukan pengembangan budidaya udang vaname di keramba HDPE sejak tahun 2015 dan terus melakukan penelitian dan pengembangan sampai sekarang. BBPBL Lampung juga sudah melakukan diseminasi atau percontohan pada tahun 2015 di teluk Lampung untuk budidaya udang vaname di keramba masyarakat. Dengan demikian, BBPBL Lampung memiliki peran yang tidak tergantikan dalam pengembangan usaha budidaya udang vaname di daerah Lampung.
Saat ini, BBPBL Lampung memiliki 20 lubang keramba HDPE yang berukuran masing-masing 3×3 m khusus untuk budidaya udang vaname. Menurut Herno, budidaya udang di keramba HDPE sangat menguntungkan dan disarankan untuk para pembudiaya udang yang ingin budidaya udang di keramba memiliki 20–25 lubang. “Hal ini dikarenakan skala usaha minimum untuk menutupi biaya pengawasan dan pengontrolan untuk mencapai BEP adalah 4 sampai 8 lubang, sehingga penambahan jumlah lubang selanjutnya akan mendatangkan keuntungan.” jelas Herno.
Hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam budidaya udang vaname di keramba, selain padat tebar, kedalaman jaring, dan ukuran benih awal pada saat tebar juga harus memperhatikan letak keramba. Lokasi paling baik sebaiknya di daerah yang terlindung seperti di Teluk, untuk memudahkan pengawasan dan pengontrolan.
Keramba tidak boleh terlalu berdekatan dengan tambak atau saling berdekatan karena dapat terganggu oleh aktifitas hasil buangan dari tambak atau menjangkiti keramba yang ada di sebelahnya. Kedalaman jaring yang paling baik adalah sekitar 2 m dengan survival rate (SR) 75%, jika kedalaman jaring sekitar 3 atau 4 meter akan meningkatkan produksi namun kurang maksimal dengan SR 65% dan 52%.
Herno menjelaskan, padat tebar tokolan atau PL (post Larva) 40, sekitar 75 – 125 ekor/m3 waring ukuran 4 x 11 x 3 m. Padat tebar PL (post larva) 10, sekitar 100 – 150 ekor/m3 dipelihara di dalam waring ukuran 2,5 x 3,5 x 2,5 m yang dilapisi waring ukuran 4 x 11 x 3 m.
Herno menyarankan menebar udang di keramba PL 40, yang bisa dibeli tokolan dari darat, atau membuat tokolan dulu di hatchery baru ditebar, atau bisa juga ditokolkan sendiri di hapa (waring yang mesizenya kecil yaitu ukuran 2,5 x 3,5 x 2,5 m). Pergantian waring dilakukan setiap 3 minggu sekali, dengan frekuensi pemberian pakan 6 kali/hari.
Udang vaname di keramba dipelihara dengan salinitas tinggi. Lama pemeliharaan tokolan atau PL 40 maksimal 3 bulan atau 90 hari, namun kadang 80 hari, 87 hari sudah panen. Sedangkan lama pemeliharaan PL 10 hampir 4 bulan.
Udang vaname jika padat tebarnya jarang, maka dalam masa pemeliharaan udang yang dipanen size nya 40, 44, 45. Jika padat tebarnya tokolan 75 ekor/m3maka udang yang dipanen sizenya bisa mencapai 53,49. Terkait panen, udang vaname dipasaran pun, size 100 sudah termasuk udang konsumsi. Diharapkan budidaya udang vaname di keramba HDPE bisa merevolusi cara memproduksi udang di Indonesia.