KODAM III SILIWANGI BERSIHKAN SUNGAI CITARUM DENGANKATAMARAN AQUATEC
Sungai Citarum mengalir dari hulunya di Gunung Wayang selatan kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara di laut Jawa. Citarum disusun oleh dua kata yaitu Ci yang artinya sungai atau air, dan Tarum yang merupakan nama tumbuhan penghasil warna nila. Dari asal usul kata ini dapat disimpulkan bahwa pada zaman dahulu banyak tumbuhan tarum di sepanjang sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat dan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya.Sungai Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan jutaan masyarakat, kelangsungan hidup masyarakat tergantung dari sungai ini diantaranya dimanfaatkan sebagai sumber air minum untuk masyarakat Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta dan Bandung. Pemanfaatan sungai Citarum bervariasi dari hulu hingga hilir dari yang memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, pertanian, peternakan dan industri, karena banyaknya debit air yang dialirkan oleh sungai Citarum maka dibangun tiga waduk sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yaitu PLTA Saguling di wilayah hulu DAS Citarum, PLTA Cirata di wilayah tengah, PLTA Jatiluhur di wilayah hilir yang mampu menghasilkan daya listrik 1.400 MW.
Saat ini kondisi sungai Citarum sedang mengalami krisis, air yang mengalir melalui Citarum telah tercemar oleh berbagai limbah, yang paling berbahaya adalah limbah kimia beracun dan berbahaya dari industri. Saat ini di daerah hulu Citarum, sekitar 500 pabrik berdiri dan hanya sekitar 20% saja yang mengolah limbah mereka, sementara sisanya membuang langsung limbah mereka secara tidak bertanggung jawab ke anak sungai Citarum atau ke Citarum secara langsung tanpa pengawasan dan tindakan dari pihak yang berwenang (pemerintah).Selain tercemar oleh limbah industri, karena penggundulan hutan yang berlangsung pesat di wilayah hulu maupun anak-anak sungai Citarum mengakibatkan kemampuan menyerap air menjadi berkurang. Sehingga, air hujan yang jatuh ke bumi langsung mengalir ke aliran-aliran air. Kondisi hutan yang gundul membuat lumpur di hulu sungai tergerus air dan lumpurnya mengendap di dasar aliran air hingga berdampak pada pendangkalan sungai. Akibat dari semua itu, saat debit air tinggi, dataran rendah di sejumlah tempat terkena banjir luapan air sungai. Banjir tersebut merontokan roda perekonomian masyarakat.
Sejak tahun 2007 sungai Citarum yang memiliki nilai sejarah, ekonomi dan sosial menjadi salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Keadaan lingkungan sekitar Citarum telah banyak berubah, industrialisasi yang pesat dikawasan sekitar sungai ini telah menyebabkan menumpuknya limbah buangan pabrik-pabrik di Citarum. Setiap musim hujan wilayah Bandung Selatan di sepanjang Citarum selalu dilanda banjir. Setelah banjir besar yang melanda pada tahun 1986, pemerintah membuat proyek normalisasi sungai Citarum dengan mengeruk dan melebarkan sungai bahkan meluruskan alur sungai yang berkelok. Tetapi hasil proyek itu tampaknya sia-sia karena setelahnya tidak ada perubahan perilaku masyarakat sekitar, sehingga sungai tetap menjadi tempat pembuangan sampah bahkan limbah pabrik.
Kondisi sungai Citarum saat ini merupakan potret parahnya pengelolaan air permukaan di Indonesia. Walaupun Indonesia memiliki sumber air permukaan sebanyak 6% dari seluruh sumber air permukaan dunia, dan 21% dari total sumber air di wilayah Asia Pasifik, namun masalah air bersih menjadi masalah yang terus menghantui masyarakat di Indonesia. Susahnya mendapat akses air bersih menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang mengonsumsi air tidak bersih dan terkontaminasi sehingga dapat menyebabkan penyakit seperti diare, kolera, disentri, dan berbagai penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak bersih dan tidak aman, bahkan penyakit yang ditimbulkan dapat menyebabkan kematian.Dengan kondisi Sungai Citarum yang tidak ada perubahan sampai dengan sekarang, maka pemerintah pusat siap turun menyelamatkan Citarum. Pada puncak HUT Angkatan Muda Siliwangi (AMS) ke-51 di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, kamis (28/12/2017). Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam sambutannya, menuturkan bahwa sungai Citarum perlu mendapatkan perhatian khusus dan menyeluruh dari pemerintah. Atas dasar hal tersebut, Jokowi memerintahkan seluruh jajaran pemerintahan segera memulai merevitalisasi sungai Citarum secara menyeluruh mulai dari hulu hingga ke hilir, pembenahan juga akan dilakukan di anak-anak sungai Citarum, terutama yang teraliri limbah pabrik.
Untuk mendukung Program yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, maka Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mengagas program “Citarum Harum.” Program Citarum Harum mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dukungan itu dibuktikan oleh PT. Gani Arta Dwitunggal (Aquatec), sebagai produsen sarana prasarana kelautan, perikanan dan pariwisata dengan memberikan bantuan dua kapal Katamaran yang masing-masing berharga Rp. 135 juta.
Penyerahan bantuan kapal secara simbolis berlangsung di Lapangan Makodam III Siliwangi Jalan Aceh, Kota Bandung, Jumat (26/1/2018). Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mengatakan, dua unit kapal Katamaran dengan bentuk konfigurasi dua lambung ini yang didominasi warna kuning serta di bagian atasnya terbuat dari besi berbahan stainless steel akan
digunakan para prajurit Kodam III Siliwangi untuk membersihkan sampah di sepanjang Sungai Citarum.
"Dua unit Katamaran ini sangat cocok digunakan di perairan seperti sungai, danau, dan waduk. Alat ini berfungsi mengumpulkan sampah. Kapal ini meringankan beban personel yang ditugaskan membenahi Sungai Citarum," kata Doni. Kapal ini membuktikan perusahaan Indonesia dapat dan mampu memiliki teknologi yang dapat berkontribusi untuk kelautan dan perairan Indonesia, ucap Doni.General Manager PT. Gani Arta Dwitunggal Andi J Sunadim
mengemukakan, kapal Katamaran tersebut berkapasitas 1,5-2 ton. Kapal dengan dua
lambung di sisi kanan dan kirinya itu, dibuat dari bahan polietilena
berdensitas tinggi atau high density polythylene (HDPE), yakni polietilena
termoplastik yang terbuat dari minyak bumi. Bahan baku kapal sebagai besar dari
lokal, hanya metal atau stainless steel-nya
yang impor dari Taiwan.
"Bahan ini (HDPE) merupakan plastik ramah lingkungan yang dapat didaur
ulang dengan cepat. Bahan ini memiliki kekuatan yang tahan lama hingga 25 tahun
dan juga tahan benturan. HDPE tidak mengandung karsinogen. Ramah lingkungan. Di
akhir masa tingkat daur ulangnya cepat," kata Andi.
Kapal Katamaran ini, telah diuji coba di Ambon. Namun, untuk mengambil sampah,
dua unit kapal Katamaran tersebut masih dilakukan secara manual. Kapal ini
mengandalkan jaring terpasang di depan untuk menjaring sampah terapung di
Sungai
Citarum. Namun untuk menaikkan sampah keatas kapal masih menggunakan teknik manual. "Kalau ada sampah dari bagian samping kapal, akan diangkut menggunakan jaring ini," kata Andi sembari menunjuk satu jaring yang dililit di besi.
Ke depan, PT Gani Arta Dwitunggal akan mengembangkan teknologi kapal pengangkut sampah tersebut. "Kami akan modifikasi agar dapat mengangkut sampah secara otomatis. Kapal ini khusus dibuat untuk Kodam III Siliwangi," ujarnya. General Manager PT Gani Arta Dwitunggal tersebut menilai bahwa pelestarian sungai sangat penting karena berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia. Rencananya, pada Sabtu (27/1/2018) , kapal Katamaran yang diberikan kepada Kodam III Siliwangi tersebut akan langsung diturunkan ke Sungai Citarum.Dengan langkah pemerintah merevitalisasi sungai Citarum diharapkan Citarum dapat terbebas dari permasalahan. Langkah pemerintah tentunya harus diikuti dengan budaya tertib masyarakat sekitar untuk tidak membuang limbah dan sampah ke sungai, sehingga sungai Citarum sebagai sungai strategis Nasional menjadi HARUM.