Tumbuh lebih cepat, Bubara pilihan tepat.
Komoditas andalan perikanan budidaya Indonesia kini sudah semakin bervariasi. Meskipun mayoritas masih dipegang rumput laut dan udang vaname, namun di beberapa balai perikanan pemerintah sudah dikembangkan komoditas-komoditas ‘kuda hitam’ yang juga punya potensi menjanjikan.
Jika di BPBL Batam ada bawal bintang, BPBL Situbondo dengan kerapu hybrid-nya, di BPBL Ambon kini sedang dikembangkan budidaya ikan bubara atau ikan kuwe.
Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si., mengatakan saat ini untuk pasar ikan bubara (hidup) di Ambon, didominasi oleh permintaan rumah makan, jumlah mencapai 400 kg/minggu/rumah makan. Harga jual sekitar Rp. 60.000 – 70.000/kg.
“Prospek budidaya ikan bubara pada saat ini dinilai sangat menguntungkan, dengan permintaan benih yang tinggi khusus dalam negeri,” tambah Tinggal.
Untuk itu, kata Perekayasa Muda atau Penanggung Jawab Induk Divisi Pembenihan BPBL Ambon, Heru Salamet, M.Si., BPBL Ambon memprioritaskan kegiatan saat ini adalah memproduksi benih ikan bubara yang sampai saat ini mencapai 40.000 ekor/siklus dan sudah kontiyu dan produksi benih clownfish mencapai 20.000 ekor/bulan.
Selain itu, ikan bubara memang dikenal karena rentang waktu pemeliharaan pembesaran lebih pendek (5 bulan) jika dibandingkan dengan komoditas lainnya menjadikan ikan bubara ini layak untuk dikembangkan.
BPBL Ambon sebelumnya, secara bertahap telah berhasil meningkatkan produksi benih kerapu bebek, kerapu macan, budidaya udang vaname di keramba jaring apung (KJA), sehingga secara pasti akan mampu memenuhi di wilayah kerjanya.
Saat ini juga BPBL Ambon sedang mengembangkan ikan kerapu kertang, kerapu sunu dan menambah jenis koleksi laut lainnya yakni pengembangan ikan hias laut dan pemijahan berbagai jenis ikan hias laut yang hampir punah.
“Berbagai capaian prestasi dari BPBL Ambon diantaranya sebagai penghasil telur kerapu bebek terbaik di Indonesia,” tambah Tinggal.
BPBL Ambon sendiri merupakan salah satu unit pelayanan teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yang berlokasi di Ambon atau di wilayah timur Indonesia, bagian kerjanya dari mulai Sulawesi sampai ke Papua.
Heru menuturkan, BPBL Ambon telah melakukan berbagai perekayasaan diantaranya produksi benih ikan, rumput laut maupun pembesaran ikan konsumsi. Hasil kegiatan perekayasaan tersebut telah di implementasikan di masyarakat melalui kegiatan diseminasi.
“Semua kegiatan tersebut pada dasarnya diarahkan untuk menjadi bahan kebijakan dalam mengembangkan budidaya laut khususnya di wilayah indonesia Timur maupun di Indonesia pada umumnya,” papar Heru.
Pembenihan dan Pembesaran di Keramba Jaring Apung HDPE Aquatec
Balai perikanan yang menjadi kiblat di timur Indonesia ini sudah melakukan pengembangan pembenihan ikan bubara pada tahun 2012 dan keberhasilan pembenihan massal dicapai pertengahan tahun 2016 ini.
Saat ini, jelas Heru, benih ikan bubara yang dihasilkan, sudah terdistribusi pada kelompok pembudidaya melalui program bantuan benih. “Menurut pembudidaya benih ikan bubara yang berasal dari BPBL Ambon, memiliki pertumbuhan yang cepat dengan SR yang cukup tinggi,” pungkas Heru.
Kegiatan pembenihan ikan bubara dimulai dengan melakukan seleksi induk sehat dan tidak cacat. Perbandingan induk jantan dan betina yang digunakan adalah 1 : 1.
Induk yang akan dipijahkan dipindahkan dari keramba HDPE Aquatec ke bak induk. Induk bubara memijah ketika bulan terang sekitar tanggal 14 – 15 bulan hijriah. Prosedur kanulasi dilakukan pada induk yang akan dipijahkan, untuk mengetahui tingkat kematangan gonad (TKG) yang optimal.
Induk disuntik menggunakan hormon sebanyak 2 kali, dan induk akan memijah. Selama masa pemeliharaan, induk diberikan pakan ikan rucah dan beberapa multivitamin. Telur dipanen pada pagi hari dan ditetaskan di bak pemeliharaan larva hatchery indoor.
Pada saat pembesaran, ikan bubara akan diletakan di keramba HDPE. Selain memiliki pertumbuhan yang relatif singkat, ikan ini juga memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan, mudah mendapat bibit dari alam sehingga teknik budidaya sederhana serta perawatan dan tahan terhadap penyakit.
Budidaya ikan khususnya ikan bubara di keramba HDPE merupakan salah satu usaha yang sangat prospek untuk dikembangkan di Indonesia mengingat potensi lahan perairan dan ikan masih sangat besar.
Menjawab tantangan teknologi pembesaran ikan laut saat ini yang semakin berkembang maka diperlukan sarana dan prasarana keramba jaring apung yang modern, bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas budidaya sehingga kegiatan pembudidayaan atau pembesaran semakin kompetitif, ekonomis dan menguntungkan untuk diusahakan.
Saat ini BPBL Ambon memiliki 80 lubang keramba jaring apung HDPE Aquatec untuk pemeliharaan semua komoditas. Menurut Tinggal, keramba HDPE Aquatec merupakan andalan BPBL Ambon karena sudah sangat teruji kualitasnya dan terbukti tahan lama.
“Hal yang menjadikan kami memilih keramba jaring apung Aquatec ini karena perawatannya yang mudah sehingga sangat efisien dalam hal cost perawatan dan waktu, dan tahan ombak” ujar Tinggal.
Selain itu, keramba jaring apung Aquatec juga menggunakan jaring tanpa simpul (knotless) standard Jepang yang halus. Dengan jaring tanpa simpul, sisik ikan terjaga sehingga Survival Rate (SR) ikan juga meningkat.
Kondisi ini merupakan peluang yang terus dimanfaatkan oleh BPBL Ambon guna menjadikan komoditas ini sebagai andalan hasil perikanan budidaya serta meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, nelayan, masyarakat pembudidaya dan para pelaku bisnis perikanan